Wednesday, July 23, 2014

Karakul Lake - Silk Road Part 4



Di sepanjang perjalanan dari Kashgar menuju Taskurgan maupun arah sebaliknya, obyek yang paling indah adalah danau Karakul dan sebuah waduk yang letaknya tidak terlalu jauh dari danau ini. Jika kita datang dari arah Kahsgar, kita akan tiba terlebih dahulu di waduk ini. Kedua tempat ini menjadi Oasis di tengah-tengah gersang dan panasnya terik matahari di kawasan ini.


waduk bukit pasir putih

waduk bukit pasir putih

Karakul lake

Karakul lake

Karakul lake
Karakul lake terletak pada ketinggian 3.600 m dpl persis di samping Karakoram highway, 196 km dari kota Kashgar hampir setengahnya perjalanan kami dari Kashgar ke Tashkurgan karena total jarak tempuh dari Kashgar menuju Tashkurgan adalah 420 km. Jadi anda tidak perlu mengatur perjalanan khusus ke danau yang menakjubkan ini, tetapi anda cukup meminta driver untuk stop dan turun ke pinggir danau, bahkan anda bisa berhenti 2 kali di obyek ini seperti yang kami lakukan yaitu pada saat perjalanan pergi dan saat kembali dari Tashkurgan. Meskipun itu adalah highway anda tidak perlu khawatir karena kendaraan dapat berhenti di beberapa ruas highway yang sengaja dibangun di samping jejak jalan sutera ini. Hal ini disebabkan intensitas kendaraan yang lewat masih sedikit sekali.

Karakoram highway

Karakoram highway membelah pegunungan sekitarnya

Danau ini dikelilingi oleh 3 buah puncak gunung tertinggi yaitu Muztagh Ata (7.546 m dpl) merupakan gunung tertinggi kedua di kawasan Tibet, Kongur Tagh(7.649 m dpl) merupakan puncak tertinggi dari Kunlun shan dan terakhir Kongur Tiube (7.530 m dpl). Pemandangannya sangat menakjubkan dengan puncak-puncak gunung es abadi di sepanjang tahun. Jika anda ingin bermalam di pinggir danau juga, di sana tersedia rumah-rumah mirip tenda mongol milik penduduk lokal.

rumah mirip tenda mongol disewakan

warung di dekat waduk

pemakaman warga lokal

sumber mata air yang langka

bukit merah
Untuk perjalanan ini saya hanya menghabiskan total biaya 390 Yuan atau setara Rp750. 000 jika mengikuti kurs saat ini. Biaya ini sudah termasuk makan di sepanjang perjalanan, menginap semalam di Tashkurgan dan biaya transportasi pulang pergi. Saran saya saat anda kembali ke Kashgar, anda lebih baik tetap tinggal di Youth International Hostel, karena itu adalah tempat berkumpulnya para backpacker dari mancanegara. Jadi mudah bagi kita untuk melakukan perjalanan ke beberapa obyek di sekitar Kashgar dengan sharing cost.



(................bersambung )

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/kashgar-silk-road-part-1.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/kashgar-silk-road-part-2.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/khunjerab-pass-silk-road-part-3.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/08/shiptons-arch-worlds-highest-arch-silk.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/08/taklamakan-desert-silk-road-part-6.html


   

Monday, July 21, 2014

Khunjerab Pass - Silk Road Part 3


Malam itu ada kabar baik datang dari pemilik hostel bahwa ada 4 orang tamu ingin ke Khunjerab Pass. Jika saya berminat untuk bergabung bersama mereka, trip ini akan diberangkatkan besok pagi dengan membagi rata biaya sewa mobil selama 2 hari, sedangkan soal makan dan masalah akomodasi menjadi tanggung jawab masing-masing. Tentu kesempatan yang langka ini tidak akan disia-siakan, saya langsung menyambut baik penawaran ini.

Membayangkan perjalanan yang munculnya mendadak ini, destinasi yang tidak umum pula membuat hati saya seakan terbakar oleh semangat yang datang tiba-tiba. Bisa anda bayangkan untuk mendatangi perbatasan sebuah negara yang penuh konflik seperti Pakistan, bukan saja membuat saya tenggelam dalam perasaan exciting tetapi juga menimbulkan konflik batin yang tidak karuan. Hal ini terjadi setelah saya kembali ke dalam kamar dan berpikir lebih jernih soal keputusan yang baru saja diambil, antara semangat penjelajahan yang tinggi dan kegalauan atas ketidakpastian informasi mengenai keamanan di daerah perbatasan sebuah negara konflik.

Malam itu saya agak sulit untuk bisa tidur lelap, alasannya tidak sepenuhnya karena faktor kegalauan itu tetapi juga karena ada beberapa tamu yang baru tiba tengah malam sehingga agak terganggu. Maklum saya tidur di sebuah dormitory berisi 8 tempat tidur yang terdiri dari 4 buah ranjang tingkat. Selelap apapun anda tidur pasti akan terbangun saat ada seseorang naik ke tingkat atas dari tempat tidur anda.  Apalagi rata-rata tamu berasal dari negara Eropa yang mempunyai berat badan yang sudah pasti membuat keguncangan pada kerangka tempat tidur yang terbuat dari kayu itu. Saya bisa maklum saja sebagai konsekuensi untuk menginap di hostel bukan hotel, karena tarifnya juga sesuai hanya 40 Yuan per malam atau setara Rp 75.000,-

Kashgar dan sekitarnya adalah daerah yang tandus. Di sepanjang perjalanan dari Kashgar menuju Tashkurgan jarang sekali menemukan sumber mata air maupun pepohonan hijau apalagi padang rumput. Jadi benar-benar gersang dan keadaannya diperparah lagi oleh suhu udara yang tinggi sehingga badan mudah mengalami dehidrasi jika tidak membawa bekal air minum yang cukup. Tiba-tiba ada pemeriksaan di tengah perjalanan. Semua penumpang diharuskan turun dari mobil tanpa terkecuali dan wajib memperlihatkan paspor. Keadaannya sedikit mencekam tetapi akhirnya baik-baik saja.
Tiba di kota Tashkurgan hari belum terlalu sore, kami memutuskan langsung menuju Khunjerab Pass. Setelah kembali dari border yang fenomenal ini kami baru akan mencarikan tempat buat bermalam. Bapak supir membawa kami menuju sebuah pos di depan jalan menuju Khunjerab Pass. Di pos keamanan itu semua paspor kami ditahan dan wajib membayar 10 Yuan per orang entah itu biaya administrasi, izin atau biaya pengawalan tidak jelas dan saya juga tidak sempat menanyakannya kala itu.

Mobil yang kami tumpangi segera meluncur di atas jalan yang akan membawa kami menuju Pakistan. Sebelum tiba di perbatasan kendaraan kami dicegat oleh tentara dari negara China. Setelah pengecekan kelengkapan dokumen, 2 orang tentara mengawal mobil kami hingga ke border. Kami hanya diberikan waktu sekitar 15 menit untuk berada di tempat itu. Udara dingin sekali dan badan saya mulai mengigil dibarengi sakit kepala dan sedikit sesak nafas akibat serangan mendadak altitude atau mountain sickness. Mengapa? karena border ini dikepung oleh barisan pegunungan es dan berada pada ketinggian di atas 5000m dpl. Jangankan mengeluh soal hanya diberikan waktu 15 menit, andaikan diberi waktu lebih lama juga tidak akan sanggup bertahan dan mungkin akan mati kaku, karena kami berlima tidak dilengkapi pakaian yang sesuai.


gerbang border di pihak Tashkurgan

patok perbatasan antara China dan Pakistan

pegunungan Karakoram

penginapan di Tashkurgan

Khunjerab Pass merupakan penyeberangan antar negara dengan letak geografinya tertinggi di dunia yakni berada pada ketinggian 4693 m dpl menurut beberapa sumber yang saya browsing lewat internet, namun berdasarkan pemantauan lewat GPRS saat berada di lokasi hasil menunjukkan ketinggian 5200 m dpl. Jadi entah mana informasi yang akurat. Khunjerab Pass berada di pegunungan Karakoram antara negara Pakistan dan Taskurgan. Keadaan di border ini sangat sepi, namun tidak mencekam sebagaimana yang saya khawatirkan pada malam sebelumnya.
Tashkurgan yang berbatasan langsung dengan Pakistan, Afganistan & Tajikistan merupakan sebuah kabupaten di propinsi Xinjiang China, juga merupakan kota untuk bermalam, sekaligus kota persinggahan terakhir bagi mereka yang ingin melanjutkan perjalanan ke Pakistan. Tashkurgan dalam bahasa Uyghur artinya menara batu, dan sisa-sisa reruntuhan menara batu pada masa lalu masih bisa ditemukan tidak jauh dari pemukiman yang modern saat ini.

reruntuhan kota tua

sisa-sisa tembok di menara batu

bagian dari menara batu

Masyarakat Tashkurgan mayoritas adalah berasal dari ethnis Tajik dan mereka beragama Islam. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Sarikoli, namun mereka juga fasih berbahasa Mandarin dan Uyghur. Secara umum kehidupan mereka sangat baik, tidak sebagaimana berita yang dilansir oleh media-media asing selama ini. Orang-orangnya sangat sopan dan ramah. Ketika saya meminta izin untuk mengambil foto kepada seorang gadis berbusana merah dengan dandanan yang unik di kepalanya, di luar dugaan dia menanggalkan cadarnya yang juga berwarna merah itu sambil menebar senyum.


                        
wanita Tashkurgan

anak-anak Tashkurgan

gadis cantik Tashkurgan dengan topi tradisional

pemuda Tashkurgan

ibu-ibu Tashkurgan dengan topi tradisional

Kota Tashkurgan terbilang kecil namun sangat bersih. Udaranya segar dan sejuk dengan langitnya yang biru dan jernih. Makanan di tempat ini juga bercita rasa pedas cocok dengan lidah kita, hanya sedikit sayang sulit menemukan menu nasi. Saya rasa makanan pokoknya mie juga tetapi entahlah barangkali ada makanan lain yang tidak sempat saya temukan dalam waktu yang sangat singkat itu.

salah satu sudut kota Tashkurgan

mie ayam ala Tashkurgan

nasi iga kambing, satu-satunya nasi yang saya temukan di kota ini




Wednesday, July 16, 2014

Kashgar - Silk Road Part 2



Di Kashgar, mayoritas masyarakatnya berasal dari suku Uyghur. Orang barat menyebut mereka Chinese Turkish. Entah karena parasnya mirip dengan orang Turki atau karena bahasanya ada banyak persamaan. Menurut pengamatan saya, wajah orang Kashgar sangat unik. Dari wajahnya kita dengan cepat bisa menemukan bayangan dari berbagai ras. Ada yang mirip bule, ada yang mirip China, Timur Tengah bahkan ada juga yang mirip orang Melayu. Secara keseluruhan wajah mereka keren terutama anak-anak. Wajahnya sangat cantik dan ganteng. Bisa dikatakan saya gagal menemukan ada yang jelek. Sifat mereka juga periang, dan sedikit agak bandel mirip anak-anak seusianya yang mudah kita jumpai di belahan lain dunia ini. Sama sekali tidak terlihat jika kehidupan mereka mendapat intimidasi dari pemerintahan pusat sebagaimana pemberitaan media asing selama ini.


anak-anak di Kashgar Old Town

ABG cantik di Kashgar Old Town

wajahnya mix dan unik

anak-anak sekolah di kota tua

foto bersama sesepu Kashgar

remaja Kashgar berpose mengunakan kacamata saya
Beberapa anak sekolah yang saya ajak berfoto dan ngobrol sewaktu saya blusukan seorang diri di kota tua bahkan mengajak saya mengunjungi rumah mereka tanpa persetujuan orangtuanya terlebih dahulu, mereka adalah Dilibar, Dilinuer, Hurxida dan Kadireya. Orang Kashgar yang saya temui selama berada di sana rata-rata baik, hanya ada sebagian kecil yang kurang bersahabat dengan sikap yang cuek dan sedikit sinis memang, entah karena bahasanya tidak sambung atau ada hal lain yang menganjal di hatinya. Tetapi secara umum saya cukup berkesan dan suka dengan Kashgar beserta orang-orangnya. Saya berharap satu hari nanti saya bisa kembali.


foto bersama anak-anak sekolah

Kadireya & Dilibar
Obyek yang tidak boleh terlewatkan adalah pemukiman kota tua yang berada di 2 kawasan berbeda namun letaknya berdekatan. Lalu ada Masjid Id Kah dengan lapangannya yang luas, Makam Abakh Khoja, Kashgar Bazaar, dan Pasar yang menjual beragam jenis karpet keren dengan harga yang murah. Makam Abakh Khoja juga terkenal dengan makam Xiang Fei. Xiang Fei adalah julukan atas Mamura Asim Hinim selir kesayangan kaisar Qian Long ( 1711-1799 ). Konon Xiang Fei parasnya sangat cantik dan semasa hidupnya dari tubuhnya bisa mengeluarkan aroma wangi menyerupai parfum. Ketika meninggal jasadnya pun dibawa pulang ke Kashgar dari Beijing dan juga dimakamkan di situ. Bisa anda bayangkan pada zaman itu moda transportasi yang digunakan hanya kereta kuda, entah butuh berapa tahun perjalanan dari Beijing untuk tiba di Kashgar.

Saya penasaran dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan berdasarkan penuturan penjaga makam yang saya temui di sana bahwa dalam tradisi orang Kashgar seorang wanita yang sudah menikah, ketika meninggal jasadnya bukan dimakamkan di pemakaman keluarga suami melainkan wajib dikembalikan ke pihak orangtuanya dan dimakamkan di pemakaman dari keluarga orangtuanya. Dengan kata lain selir harum adalah putri dari Abakh Khoja yang berasal dari Kashgar, sehingga ketika Xiang Fei meninggal pada tahun 1788, pemulangan jenazahnya kembali ke Kashgar menjadi mutlak. Untuk memenuhi permintaan keluarga besar Abakh Khoja, Kaisar Qian Long mengutus rombongan besar yang terdiri dari 124 orang dan menghabiskan waktu 3,5 tahun. Tentu ini merupakan sebuah penantian yang panjang bagi keluarga yang ada di Kashgar dan juga merupakan sebuah perjalanan yang sangat melelahkan bagi para utusan kaisar.

Kashgar Old Town

Masjid Id Kah

Makam Abakh Khoja



Bazaar

Bazaar

Bazaar

Bazaar

Bazaar
Jika anda menginap di Youth International Hostel, anda mudah sekali menemukan para backpacker dari manca negara untuk berangkat bersama-sama ke beberapa tempat di sekitar kota Kashgar dengan sharing cost atas sewa kendaraan maupun penginapan, perihal makanan merupakan tanggung jawab masing-masing. Umumnya para tamu yang datang ke Kashgar semua mempunyai tujuan yang sama yaitu ke khunjerab pass yang berada di perbatasan pakistan, karakul lake, taklamakan desert, shipton's arch dan lain-lain. Untuk destinasi yang saya sebutkan di atas akan saya ceritakan secara terpisah pada tulisan lainnya. Sedangkan untuk obyek di dalam kota, anda sendiri bisa menjelajah dengan berjalan kaki atau naik kendaraan umum dan situasinya relatif aman tidak seperti yang diberitakan media selama ini.
Satu hal yang unik yaitu jika anda datang sekarang tepat pada musim panas matahari  akan terbenam sekitar pukul 8 hingga 9 malam waktu setempat, namun kebalikan terjadi pada musim winter yaitu siang hari lebih singkat dan malam hari lebih panjang. Dan meski berada di teritorial Cina, anda akan mengira sedang berada somewhere in Timur Tengah, benar- benar beda dan eksotis.
Waktu paling tepat untuk mengunjungi Kashgar adalah Mei hingga September. Kunjungan saya dilakukan pada bulan Mei dan suhu udaranya cukup nyaman, belum terlalu panas. Akan tetapi buah-buahan khas daerah Kashgar seperti anggur, gojiberry, wuhuaguo  baru mulai bisa dipanen sekitar bulan Juni sehingga saya gagal untuk mencicipinya. Namun satu kendala yang perlu anda pertimbangkan adalah suhu udara yang tinggi jika anda datang pada bulan-bulan setelah Mei .


buah-buahan yang saya temukan di Bazaar, rasanya agak asam


( ........bersambung )

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/08/shiptons-arch-worlds-highest-arch-silk.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/khunjerab-pass-silk-road-part-3.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/karakul-lake-silk-road-part-4.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/kashgar-silk-road-part-1.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/08/taklamakan-desert-silk-road-part-6.html