Tuesday, July 8, 2014

Launceston - Explore Tasmania Part 1




Launceston ( baca : Lonsesten ) merupakan kota nomor 2 terbesar di Tasmania, meski demikian jika dibandingkan dengan kota-kota di Indonesia, Launceston kelihatannya kecil sekali namun satu hal harus diakui dalam hal penataan kota, Launceston sangat rapi dan bersih. Tiba di Launceston sekitar pukul 09.20 pagi. Kami langsung menuju counter Avis perusahan sewa mobil untuk mengambil mobil yang telah kami book via internet. Administrasinya sederhana tidak berbelit-belit. Cukup dengan menunjukkan SIM dan Kartu kredit sebuah kunci mobil langsung kami peroleh dan kami diminta untuk mengambil mobil itu sendiri di parkiran. Di sini petualangan kami di Tasmania akan segera dimulai. Dengan hanya berbekal selembar peta coretan tangan dan kadang dibantu oleh GPS kami langsung meninggalkan Airport menuju tempat-tempat yang telah saya petakan sebelumnya. Mungkin anda bertanya apakah saya mengunakan SIM International (international drivers license). Begini ceritanya, sewaktu masih di Jakarta saya terlebih dahulu sudah mencari informasi mengenai hal ini. Ternyata SIM Indonesia berlaku di Australia termasuk Tasmania, namun alangkah baiknya anda mengkonfirmasi ulang sebagai antisipasi adanya perubahan peraturan dari waktu ke waktu.



Keluar dari airport memasuki jalan tol segalanya berjalan dengan lancar. Cuaca agak mendung dan sedikit bergerimis tetapi kami merasa begitu exciting. Sebagai destinasi pertama, mobil kami langsung meluncur menuju Cataract Gorge, lalu mampir ke Grindelwald Swiss Village, menyusuri tepi Tamar River hingga menyeberangi Batman Bridge. Di tempat ini kami sempat turun hingga ke tepi sungai persis di bawah jembatan setelah kami menyeberanginya, dan mengambil beberapa foto sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju George Town sebuah kota kecil di utara Pulau Tasmania. Kembali dari George Town hari sudah agak sore, padahal semula kami berencana mengunjungi Bridestowe lavender farm. Berhubung kami harus segera check in di Art House sebelum batas waktu check in yang diberikan berakhir yaitu pukul 20.00, akhirnya kami terpaksa membatalkan kunjungan ke lavender farm itu.

                                                   Cataract Gorge

Grindelwald Swiss Village



George Town 

Art House adalah sebuah hostel buat para backpacker. Kami hanya tinggal semalam di sana, karena keesokannya kami akan melanjutkan perjalanan kami ke kota dan pedesaan lain. Art House lumayan nyaman dan unik, baik bangunan maupun dekorasi ruangan di dalamnya. Setelah menaruh barang-barang, kami segera melakukan city walk menuju kawasan CBD kota Launceston. Pertama kami ingin berfoto-foto. Tujuan kedua kami ingin mengisi perut yang sudah tidak bisa diajak berkompromi, dan ketiga kami ingin berbelanja bekal buat perjalanan besok.

                                                        Art House


Begitu tiba di downtown yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Art House, coba anda tebak apa yang terjadi? Ternyata kotanya sangat sepi dan sepertinya sudah lama ditinggal pergi oleh penghuninya . Juga jarang sekali menemukan ada orang berlalu-lalang sehingga sejauh mata memandang kami seakan berada di tengah-tengah kota mati. Padahal waktu itu adalah malam minggu. Lalu saya langsung teringat informasi yang kami peroleh sewaktu masih di Jakarta dan ternyata memang benar, bahwa di Australia toko-toko akan tutup pada pukul 6 sore, terutama di kota-kota kecil.

                                                                                                                                  Sedikit mengecewakan sebenarnya karena kami lapar sekali. Namun kami memutuskan tetap melanjutkan langkah kami menyusuri dari satu blok ke blok yang lain, hanya untuk mencari makanan. Udara sangat dingin, badan saya pun sudah terasa lemas tetapi bersyukur akhirnya kami berhasil menemukan sebuah restoran Thai,  yang di dalamnya kelihatan ramai dengan bule-bule lokal yang sedang bersantap malam. Kami didatangi oleh waiter " Sorry we are fully booked now, if you would like to come back half an hour later, we will keep the table for you " serentak kami langsung menjawab " ok,  ok  ". Hehehe.... harap maklum, kami sudah sangat lapar.




Ali teman saya kelihatan tetap bersemangat dan mengambil foto-foto di sudut-sudut jalan.  Sedangkan saya memilih berdiri diam tidak jauh dari restoran itu. Cuaca masih saja bergerimis dan sedikit menyebalkan sebenarnya, karena sudah jauh-jauh ke sana ternyata cuaca tidak begitu bersahabat. Akhirnya tiba juga giliran kami untuk bersantap malam. Ali memilih soup Tom Yam dan nasi putih sedangkan saya memilih nasi goreng. Porsi nasinya itu tidak bikin kenyang tetapi harga per porsinya membuat kami kaget. Jika disetarakan dengan mata uang rupiah, harganya adalah Rp 180.000 sebelum minuman dan tax. Ya sudahlah kami pikir yang penting perut sudah terisi. Sekarang tinggal mencari sebuah supermarket yang konon masih buka hingga pukul 9 malam. Apapun alasannya pokoknya harus sampai ketemu supermaket itu, karena perjalanan besok sangat jauh dan pasti sangat melelahkan. Jadi kami membutuhkan banyak stok makanan dan minuman di dalam mobil.



Dalam perjalanan kembali dari supermarket kami baru menyadari bahwa ternyata 2 blok dari restoran tempat kami makan tadi ada sebuah Food Hall. Ada juga KFC dan SUBWAY. Ahhhh.... karena sudah kelaparan, kami menjadi tidak sabaran untuk mencari lebih jauh, padahal ada lebih banyak pilihan di Food Hall dan secara harga pasti lebih murah. Tetapi tidak apalah, anggap saja ini sebuah pengalaman yang unik dan semoga sebagai sebuah pembelajaran bagi siapa saja yang ingin melakukan perjalanan ke sana. Besok pagi-pagi kami akan meninggalkan Launceston, lalu mengejar destinasi berikutnya yaitu Strahan. Kami akan melewati beberapa kota kecil, gunung dan danau seperti  Devonport, Ulverstone, Burnie, Mt. Cradle, Dove Lake, Roseberry Lake dan Tulah. So, berharap banget bisa tidur nyenyak malam ini, mengumpulkan kembali energi-energi yang telah terkuras pada hari ini.



Launceston

                             

(……bersambung )

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/driving-through-west-coast-explore.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/07/from-strahan-to-hobart-explore-tasmania.html

   







No comments:

Post a Comment