Thursday, February 5, 2015

Yangshuo - Part 2



"Kami siap- siap memasuki sebuah lukisan China raksasa, berjalan-jalan di atasnya dan kami akan menjadi bagian dari lukisan yang indah itu."
Jika anda ikut tur Guilin, biasa paketnya sudah termasuk naik cruise mulai dari Guilin menuju dermaga Yangshuo, menyusuri sungai Li, dengan panorama bukit karst di kedua sisi sungai. Takjub memang, namun kami memilih cara yang lebih ekstrim, yang tidak mainstream. Kami siap- siap memasuki sebuah lukisan China raksasa, berjalan-jalan di atasnya dan kami akan menjadi bagian dari lukisan yang indah itu.
Pagi-pagi di hari ke2 ini, dari Yangshuo kami menumpang bus menuju desa Yangdi dan membayar 10 Yuan per orang. Desa Yangdi berada di tengah antar Yangshuo dan Guilin. Tiba di dermaga Yangdi kami menyewa perahu untuk menyeberangi sungai, menuju desa Shuiyantou. Lalu kami berjalan kaki menyusuri bantaran sungai Li menuju Langshi. Perahu yang menurunkan kami di Shuiyantou tadi, sudah menunggu di tepi sungai di Langshi. Dari tempat ini kami menyeberang sungai lagi menuju desa Quanjiazhou, lalu trekking menuju desa Xialong, desa Laochun, dan terakhir menuju desa Lengshui yang juga dikenal dengan spot Jiumahuashan ( 9 horses rock ).





Yangdi dilihat dari Shuiyantou

















Di dermaga Yangdi, perahu-perahu secara resmi dikelola untuk melayani rute Yangdi- Xingping. Jika ingin trekking seperti yang telah kami lakukan, anda harus cari perahu yang mau menyeberangi ke Shuiyantou kemudian Langsi, atau bisa juga skip desa Shuiyantou, dan langsung menuju desa Langshi. Harga bisa ditawar dan anda harus pertahankan karena ini bukan rute trekking yang resmi. Patokannya paling mahal 20 Yuan per orang setiap kali penyeberangan, kecuali anda memang ingin bayar lebih.
"Kami banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat karena matahari bulan September di Yangshuo ternyata masih begitu terik, sehingga trekking menjadi berat dan lama."
Selama trekking lebih baik membawa bekal makanan yang cukup, karena desa-desa yang ada di tepi sungai sulit untuk menemukan makanan yang halal. Di sepanjang trekking, view yang kami saksikan sangatlah istimewa, alam yang megah dengan bukit-bukit karst yang menjulang tinggi, berbagai jenis tanaman liar yang indah, aliran sungai, jembatan serta peradaban penduduk desa setempat. Benar-benar serasa berada di dalam sebuah lukisan raksasa, dan pengalaman seperti ini tentu tidak mungkin bisa anda temukan jika mengikuti kebiasaan lama.





























































Kami banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat karena matahari bulan September di Yangshuo ternyata masih begitu terik, sehingga trekking menjadi berat dan lama. Apalagi selama 3 hari kami tinggal di gunung Avatar dengan suhu udara super dingin, sekarang tiba- tiba dihadapkan pada suhu udara panas seperti oven, tubuh kami sepertinya kaget dan belum bisa menyesuaikannya.
Tiba di desa Lengshui, kami menyeberangi sungai lagi menuju desa yang ada di seberangnya. Kami membayar lagi 10 Yuan per orang. Sebenarnya masih ada sekitar 4 desa lagi yang harus kami lalui sebelum tiba di sebuah kota kecil bernama Xingping, namun karena cuaca yang sangat panas pada hari itu, kami semuanya sudah kelelahan. Akhirnya kami memutuskan, langsung menumpang kendaraaan menuju Xingping. Kendaraan ini gratis karena waktu kami membeli karcis perahu penyeberangan di dermaga Yangdi, tarifnya sudah termasuk naik bus dari dermaga Chaobanshan menuju Xingping. Jika kita menggunakan jasa perahu perorangan tentu tidak termasuk pelayanan angkutan gratis ini, tetapi bayarnya tentu jauh lebih mahal juga jika lewat jalur resmi.


Ini 9 horses rock di desa Lengshui, bisakah anda menemukan gambar 9 kuda di atas tebing?








Menunggu penyeberangan di desa Lengshui
Xingping merupakan kota yang cukup tua dengan deretan bangun-bangunan klasik, yang dengan mudah bisa kita temukan di mana-mana. Jika anda punya fisik yang kuat dan tidak terlalu capek setelah trekking seharian, saya saran anda mengambil kesempatan ini untuk menjelajah sudut-sudut kota tua ini, sebelum naik bus kembali ke Yangshuo.

"Hari ini ternyata kami menghabiskan waktu 8-1/2 jam dengan berjalan kaki menyusuri tepi sungai Li dan blusukan dari desa ke desa. Kelelahan tingkat tinggi, namun alamnya sungguh dahsyat, dengan pemandangan yang luar biasa indahnya."

Dari Xingping kami melanjutkan perjalanan kembali ke Yangshuo dengan bus umum. Hari ini ternyata kami menghabiskan waktu 8-1/2 jam dengan berjalan kaki menyusuri tepi sungai Li dan blusukan dari desa ke desa. Kelelahan tingkat tinggi, namun alamnya sungguh dahsyat, dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Ini sungguh pengalaman yang sangat berharga, once in a lifetime, tak terbayarkan oleh apapun dan tentu tak terlupakan juga.
Malam terakhir kami di Yangshuo sebenarnya akan diisi dengan acara, menonton pertunjukan kolosal di atas sungai yang terkenal dengan sebutan " Liu San Jie Impression Light Show ". Namun karena semua sudah lelah, kami memutuskan untuk beristirahat saja di hostel sebelum kami keluar untuk makan malam. Untuk pertunjukan ini anda harus bersedia merogoh kocek untuk tiket paling murah 198Yuan, dan tiket harga tertinggi adalah 680Yuan untuk kelas presidential.
Keesokan paginya kami explore di seputar dermaga yang letaknya berada di ujung jalan Western Street. Suasana pagi yang menyenangkan dengan pemandangan indah bukit karts, dan sungai Li. Namun kami tidak bisa berlama-lama berada di sini, karena bus menuju Guangzhou akan diberangkatkan pada pukul 9.30 pagi itu. Walaupun kami sudah memesan tiket bus via hostel, dan sebenarnya tidak perlu khawatir jika sampai tidak kebagian tempat duduk. Ini hanya antisipasi saja, lebih baik kami menunggu daripada terlambat.


Sunrise di dermaga Yangshuo











Suasana sepi di pagi hari.






Dari Yangshuo kembali ke Guangzhuo membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Di tengah perjalanan hanya satu kali pemberhentian untuk makan siang dan beristirahat. Bus dari Yangshuo akan masuk ke terminal Luochongwei di Guangzhou, terminal ini khusus melayani kota-kota tujuan di propinsi Guangxi.
Keluar dari terminal, kami langsung menuju MRT station, yang letaknya tidak jauh dari terminal. Kami kembali menginap di Catalpa Garden Youth hostel, sebuah hostel di bawah bendera YHA. ( tunggu tulisan berikutnya tentang pengalaman kami di kota Guangzhou )


End.

Part 1
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/02/yangshuo-part-1.html

Avatar Mountain Part 1
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest_28.html

Avatar Mountain Part 2
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest.html

Yangshuo - Part 1



Jika anda ingin melihat pemandangan bukit karst, dan pertunjukan kolosal di atas sungai, tempat yang harus anda datangi adalah kota Yangshuo, bukan kota Guilin. Namun apabila apa yang anda cari adalah pemandangan sawah bertingkat dan gua dengan lampu sorot berwarna-warni, datanglah ke Kota Guilin. Jika anda memiliki waktu yang cukup tentu anda bisa 'explore' ke duanya sekaligus karena letaknya memang berdekatan. Bus antar dua kota ini juga sangat mudah, ada setiap saat. Kita bisa naik dari depan stasiun maupun terminal bus, dan kita hanya membutuhkan waktu sekitar 60 hingga 90 menit untuk mencapai kota Yangshuo maupun arah sebaliknya.

" Yangshuo yang punya alam yang indah, tetapi Guilin yang mendapatkan nama."


Mengapa dunia pariwisata lebih mengenal Guilin, dibandingkan Yangshuo. Bila anda ambil paket tur Guilin, dari travel agent mana saja, pasti yang ditampilkan adalah foto panorama Yangshuo. Tetapi judul paketnya adalah tur Guilin, sehingga secara umum sebagian besar orang hanya tahu Guilin, padahal kegiatan paket turnya lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Yangshuo. Kondisi seperti ini saya sebut " selir yang melahirkan putra mahkota, tetapi Ratu yang mendapatkan keuntungan ", Yangshuo yang punya alam yang indah, tetapi Guilin yang mendapatkan nama.


















Kota Yangshuo maupun Guilin sangat mudah untuk dicapai dari Guangzhou maupun Nanning, dengan menumpang bus atau kereta. Pada trip terdahulu, saya menumpang bus malam dari Terminal Luochongwei di Guangzhou. Untuk menuju terminal ini saya naik MRT line 5, lalu turun di station Xichang. Terminal bus hanya berjarak sekitar 300 meter di sebelah kiri MRT station. Anda cukup berjalan kaki karena arah menuju terminal berlawanan dengan arus lalu lintas.

Ini sleeper bus, harga tiketnya 190 Yuan. Ingat, lebih baik anda naik bus yang berangkat pada jam 9 malam dan tiba di terminal bus kota Yangshuo sekitar pukul 5 pagi. Jangan naik bus yang berangkat pada pukul 19 karena tiba di Yangshuo pukul 2 dini hari, bus tidak akan masuk terminal dan kita akan diturunkan di pinggir lintasan jalan penghubung Yanghuo - Guilin, lalu busnya akan segera meluncur melanjutkan perjalanan menuju kota Guilin, meninggalkan anda sendirian di tepi jalan. Padahal keadaan di sekeliling sangat sepi dan gelap, kejadian ini saya alami sendiri pada trip pertama.

Untuk perjalanan kali ini, kami melanjutkan perjalanan dari kota zhangjiajie setelah 3 hari 2 malam kami berada di atas gunung. Anda tentu tahu pengalaman hebat apa yang kami dapatkan di dalam gunung jika anda mengikuti kisah perjalanan kami pada artikel sebelumnya http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest_28.html . Untuk menghemat waktu dan biaya penginapan, sekali lagi kami menumpang kereta malam menuju kota Liuzhou.

Liuzhou sebenarnya bukan kota tujuan kami. Berhubung tidak ada kereta langsung yang melayani rute Zhangjiajie-Guilin, kami terpaksa harus transit terlebih dahulu di kota di pinggiran kota Guilin ini. Untuk rute ini, nomor keretanya adalah 2011 dengan tarif 152/157/ 163 Yuan masing-masing untuk hard sleeper tingkat atas, tengah dan bawah. Ada pun kereta lain yang berangkat 1 jam lebih telat yaitu pada pukul 18.38, dengan nomor kereta K1473. Untuk jadwal dan tarif kereta api di China, kita bisa cek di www.chinatrainguide.com.

Tiba di stasiun Liuzhou, hari masih gelap. Jam tangan menunjukkan pukul 4.30 waktu setempat. Dengan setumpuk pasport di tangan saya bergegas lari menuju loket karcis di lantai atas. Namun ketika giliran saya sampai di depan loket, tiket kereta menuju Guilin yang akan berangkat pada pukul 6 pagi sudah habis terjual semua. Yang masih tersedia adalah tiket kereta pukul 9 pagi. Karena mengejar waktu, kami tidak mungkin menghabiskan waktu berlama-lama di Liuzhou. Sehingga saya segera memutuskan untuk menumpang bus menuju Guilin.

" Bayangkan di pagi buta, di kota yang sama sekali asing ini, dengan backpack di punggung masing-masing, kami berjalan kaki menyusuri jalan raya yang sepi, mencari terminal."
Saya berusaha mencari informasi di mana letak terminal bus. Seorang petugas stasiun memberitahu kami bahwa di depan stasiun ada sebuah terminal bus, hanya berjalan kaki sekitar 200 m. Bayangkan di pagi buta, di kota yang sama sekali asing ini, dengan backpack di punggung masing-masing, kami berjalan kaki menyusuri jalan raya yang sepi, mencari terminal. Keadaan di depan stasiun tidak jauh berbeda dengan keadaan di stasiun kita pada umumnya. Begitu keluar dari stasiun, banyak bus maupun taksi yang berusaha menarik penumpang. Mereka juga menawarkan destinasi Guilin, namun sesuai saran dari petugas stasiun, sebaiknya kita tidak mengambil resiko dengan menumpang angkutan yang tidak resmi.

Tiba di terminal, petugasnya mengatakan bahwa kami mendatangi terminal yang salah. Guilin adalah tujuan luar kota, jadi kami harus naik bus dari " terminal bus utama ". Kaki saya seketika lemas rasanya, but show must go on. Lalu terminal bus utama itu berada di mana, saya lanjut bertanya. Sesuai anjuran petugas itu, akhirnya kami mengambil 2 kendaraan roda tiga yang mangkal di depan terminal itu, menuju " Terminal utama".

Tiket kereta dari Liuzhou menuju Guilin, rata-rata adalah 50 Yuan dengan durasi sekitar 1 jam, tiket dengan harga 25 Yuan adalah kereta lambat dengan waktu tempuh bervariasi mulai dari 2 hingga 4 jam. Sedangkan bus AC yang kami naik tarifnya sama 50 Yuan.

Sesuai rencana awal, kami akan explore beberapa tempat di Guilin. Namun melihat kondisi lalu lintas yang super macet, akhirnya kami memutuskan selesai sarapan di restoran halal dekat terminal, kami segera melanjutkan perjalanan kami menuju kota Yangshuo dan kami akan menginap di kota ini selama 2 malam.

Tiba di Yangshuo sekitar pukul 12.00 siang. Setelah cek in di YHA Back Street yang berdekatan dengan dermaga Yangshuo dan Western Street, kami menyewa sepeda dengan masing-masing membayar 10 Yuan. Kami segera meluncur menuju anak sungai Li, yakni sungai Yulong. Di sungai ini ada sisi private yang saya temukan secara tak sengaja pada penjelajahan sebelumnya. Tempat ini sangat tenang karena tidak banyak yang tahu lokasi ini. Pemandangannya benar-benar indah. 



























Mengingat kami baru memulai pada siang hari, saya memutuskan mengambil rute terpendek dari 3 rute bersepeda yang ada. Meskipun demikian, ternyata rute ini sudah cukup membuat sebagian anggota tim kami kewalahan. Kami menghabiskan waktu 4 jam untuk kembali ke penginapan. Untuk rute terpanjang saya menyelesaikannya dalam waktu 7 jam pada kunjungan pertama, masuk ke beberapa desa, menyisir tepi sungai, melewati pematang sawah, menyeberangi jembatan serta naik turun jalan pegunungan, benar-benar menguras tenaga.


















Berbicara tentang Yangshuo, sesungguhnya adalah berbicara tentang keindahan air dan gunung atau bukit. Jika Raja Ampat dan Halong Bay, keindahan gugusan bukit karst berada di tengah-tengah laut dan dikelilingi oleh air, di Yangshuo justru menampilkan pemandangan yang kontradiktif. Di sini gugusan bukit karts berada di daratan dan dikelilingi oleh sawah-sawah, sungai, kota dan desa. Namun Jika kita melihat dari ketinggian, sawah-sawah dan pemukiman warga berada persis di antara bukit-bukit, menyelinap di sela-sela bukit bahkan ada yang terlihat seperti terkurung oleh bukit-bukit ini. Sekilas pemandangan ini menyerupai gugusan bukit karst yang dikelilingi oleh lautan berwarna hijau, sangat indah tentunya. Bedanya di sini kita hanya bisa bersepeda, bukan diving atau snorkeling. Ada beberapa bukit yang bisa kita naik sampai titik tertentu untuk melihat view secara keseluruhan, salah satunya yang berada di dermaga Yangshuo. Untuk naik ke atas bukit, pengunjung harus bayar. Sayang kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan ini.

Yangshuo juga tentang sungai Li yang mempesona, berhulu di kota Gulin dan berhilir di Yangshuo. Tentang budaya dan peradaban para nelayan yang hidup di tepi sungai dan para petani yang hidup di kaki bukit. Tentang sekelompok anak-anak nelayan yang tadinya terkesan bodoh dan miskin, tetapi di tangan sutradara terkenal Zhang Yi Mou mereka disulap menjadi pelakon sebuah pementasan yang dramatis, kolosal, dan karya seni bernilai tinggi, di atas sungai Li  yang terkenal dengan nama Liu San Jie Impression Light Show.




























Di malam hari, suasana di sepanjang western Street sangat ramai. Banyak café-café, banyak bule, banyak kios-kios menawarkan souvenir dan kerajinan tangan suku minoritas yang berada di kawasan itu. YHA back Street yang kami tinggal berada persis di belakang Western Street ( Mandarin : Xi Jie ) ini. Kondisi sekarang, hostel ini sudah tidak sebagus ketika saya datang dan menginap di sana beberapa tahun yang lalu. Agak kotor dan tidak terawat. Di seberang McD, kami melihat ada cabang YHA yang baru buka, jauh lebih bagus dan tarifnya sama, yaitu 30-35 yuan per bed untuk dormitory. http://www.yhachina.com/topic.php?channelID=11&topicID=57





Foto : Isti Anggraini


Foto : Isti Anggraini


Foto : Isti Anggraini


Di Western Street hanya ada satu restoran makanan halal. Letaknya berada di jalan kecil di seberang gerai KFC, atau satu gang sebelum jalan menuju McD.



(......bersambung )

Part 2
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/02/yangshuo-part-2.html

Avatar Mountain Part 1
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest_28.html

Avatar Mountain Part 2
http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest.html