Friday, October 2, 2015

"Musim Gugur" Di Nusa Penida




Sebagaimana kita ketahui, Indonesia tidak mengenal musim gugur karena letaknya berada di zona dengan iklim tropis. Kita hanya mengenal 2 musim yakni musim hujan dan kemarau. Namun musim kemarau di Nusa Penida terasa sedikit berbeda dengan wilayah Indonesia bagian barat pada umumnya maupun di Bali khususnya, di sini suhu benar-benar panas dan kering. Dedaunan pada menguning dan berguguran, rumput-rumput juga kering berwarna kuning kecoklatan. Sekilas memandang seluruh permukaan bumi di atas pulau ini telah bertransformasi menjadi "musim gugur" dan dipenuhi oleh pohon-pohon yang hanya menyisakan ranting-ranting kering.
Saya berbicara kepada bro Agus, putera dari pemilik Maemae Beach House bahwa kondisi seperti ini memang sebuah kekurangan, tetapi sekaligus merupakan sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki tempat lain. Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah kekayaan dan anugrah bagi seluruh warga Nusa Penida karena dua musim di pulau ini memiliki karakter yang sangat spesifik dan perbedaannya itu sangat signifikan. Hebat bukan bahwa di Nusa Penida memiliki view musim gugur. Sekarang tergantung bagaimana anda mengatur outfit anda supaya menghasilkan foto musim gugur. Tidak percaya? Mari simak penemuan-penemuan di bawah ini.


Suasana musim gugur nan eksotis
Jika anda datang ke Nusa Penida antara bulan juni hingga oktober, pulau ini sedang berada dalam suasana musim kemarau. Puncak kekeringan berada antara bulan September dan Oktober. Meski keadaannya kering dan panas tetapi alamnya, tetap menyuguhkan sisi keindahannya yang tidak lazim dan atmosfir seperti ini terasa sangat spesial. Secara keseluruhan alamnya terlihat semakin eksotis dan unik.






















Batu Abah di saat kemarau lebih indah.
Saat kami trekking menuju pantai Atuh, kami melewati bibir tebing yang dipenuhi oleh hamparan savana kering. Saking keringnya, saat kita berjalan rumput-rumput kering itu akan mengeluarkan bunyi patah-patah. Dan dari atas tebing inilah, kita menikmati batu abah yang berada di kejauhan serta keindahan Pantai Titibahu yang berada persis di bawah kaki tebing. Meski keringat bercucuran, namun cuaca yang benar-benar cerah di musim kemarau, membuat langit serasa lebih biru dari biasanya, dan alam tahu bagaimana memadukannya sendiri antara rumput yang kering, langit biru, air laut yang bening serta gumpalan awan yg putih. Bagaikan sebuah lukisan, dan ini terasa jauh lebih indah.






















Karang Dawa /Paluang
Batu yang menyerupai anak ikan paus yang pernah saya tunjukkan pada tulisan sebelumnya tetap belum memiliki nama, namun untuk nama spot kini memiliki julukan yang lebih spesifik. Sisi kiri dari batu ini disebut Pantai Paluang mengikuti nama pura yang berada di dekatnya, sedangkan sisi kanannya dinamai Pantai Klingking karena nama pura kecil yang berada di sisi sana. Meski namanya pantai, kita tetap hanya bisa menyaksikannya dari atas tebing karena masih belum ada akses untuk turun ke bawah.



 Pantai Paluang


Pantai Klingking

Pasih Huug
Pasih Huug dalam bahasa lokal artinya pantai yang rusak. Saya mendapat klarifikasi dari bro Agus pada kunjungan kali ini bahwa Pasih Huug itu sebenarnya mencakup wilayah mulai dari Sumur Raksasa hingga Angel's Billabong. Namun karena kesimpang-siuran informasi yang beredar di media sosial, nama Pasih Huug menjadi rancu dan tidak jelas.

Jadi yang benar Pasih Huug itu adalah nama kawasan pantai berkarang itu, yang membentang dari Sumur Raksasa di sisi kiri hingga Angel's Billabong di sebelah kanan. Dengan kata lain Angel's Billabong dan Sumur Raksasa adalah spot-spot yang terdapat di dalam kawasan Pasih Huug atau broken beach.
Selain Sumur Raksasa dan Angel's Billabong, pada penjelajahan kali ini kami menemukan spot yang juga sangat fantastis, yaitu Broken Cliff. Broken Cliff ini letaknya berada di antara Sumur Raksasa, dan Angel's Billabong. Di antara Broken Cliff dan daratan, terdapat sebuah celah membentuk huruf U. Celah ini hampir setiap detik dihantam oleh ombak yang sangat dahsyat, jadi sebaiknya lebih berhati-hati jika bermain di sekitar Broken Cliff terlebih saat berfoto di ujung Cliff.







Angel's Billabong sendiri pada musim kemarau tidak seindah ketika saya datang pada bulan Mei lalu. Karena teriknya sinar matahari di musim kemarau membuat daerah sekitar kolam banyak ditumbuhi ganggang berwarna hijau, ungu dan coklat, sehingga keberadaan kolam-kolam sedikit tertutup oleh ganggang ini.











Temeling
Spot ini merupakan penjelajahan baru saya pada kunjungan ke3 di Nusa Panida. Untuk menuju Temeling, dari sisi jalan di mana mobil kami berhenti, kami membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 40 menit dengan berjalan kaki menyusuri jalan beton selebar 50 cm. Kolam natural dan pantai berada di dasar lembah, sehingga jalan menuju kedua obyek tersebut adalah jalan menurun nan terjal, sebaliknya saat kembali ke atas berupa jalan tanjakan.

Ada jasa ojek motor dengan membayar Rp 15.000 untuk sekali jalan atau sewa sepeda motor dengan tarif Rp 50.000. Berhubung jalanannya sempit dan curam, lebih baik anda menakar-nakar dulu kemampuan anda dalam bersepeda motor. Karena jika terjungkir balik akibatnya bisa sangat fatal. Bagi yang menggunakan jasa ojek sepeda motor, kita tetap harus melanjutkan perjalanan dengan menuruni tangga beton sekitar 15 menit untuk mencapai kolam natural maupun pantai.
Menurut saya pribadi kolamnya biasa saja, namun ke dua sisi pantainya sangat keren. Sehingga tidak sia-sia kami telah menempuh jalan yang melelahkan, karena semua sudah terbayarkan oleh alam yang indah di bawah sana.




















Maemae Beach House dan Kutampi Beach
Maemae Beach House yang pernah saya singgung sebelumnya, sekarang sudah resmi dibuka. Kamar tidurnya luas, bersih dan secara keseluruhan tidak kalah dengan kamar hotel berbintang. Namun tarifnya tetap tarif lokal.











Letaknya persis berada di depan Kutampi Beach, satu-satunya pantai di mana kita bisa melihat view Gunung Agung, sekaligus menikmati sunrise di pagi hari dan juga sunset di sore hari. Benar-benar sangat strategis.



View Gunung Agung terlihat dari Maemae Cafe 





Sunrise tertutup awan tebal pagi itu

Maemae Beach House juga dilengkapi dengan Maemae Café dengan menu andalan Nasi ikan Tuna bakar yang tidak boleh anda lewatkan tentunya. Sambalnya benar-benar mantap.

Sebagai warga yang baik, sudah sepantasnya kita menginap dan mendukung penginapan yang dikelola oleh putera daerah asli Penida bukan penginapan yang dimiliki oleh orang asing.




End.

Nusa Penida Island - The Hidden Paradise In Bali
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2015/05/nusa-penida-island-hidden-paradise-in.html




6 comments:

  1. HI Pak John, saya berencana ke Nusa Penida awal November nanti sepertinya pemandangan yang akan saya dapat seperti ini ya, mohon maaf yang saya mau tanyakan untuk jasa guide lokal di sana apakah ada yang bisa di share, kebetulan saya solo traveling ke sana, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Febri, anda coba menghubungi bro Agus dari Maemae Beach House, siapa tau untuk tanggal yang sama ada tamu lain sehingga bisa dishare untuk biaya transportasi. Jika anda menginap dan share transport dari Maemae Beach house anda tidak perlu keluar biaya untuk guide lagi. Nomor Bro Agus 08174794176. Semoga bermanfaat. Salam.

      Delete
  2. Pak, kalo sewa mobil di nusa penida kira2 berapa ya pak per harinya? Thanks :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hi Feli,

      Sewa mobil di Nusa Penida sedikit lebih mahal dibandingkan Bali. Umumnya mereka membuka harga 700ribu per hari sudah included bahan bakar dan driver. Dinego saja biasa 600ribu dapat.

      Ada juga yang menawarkan 450ribu tetapi tidak bisa across island, artinya jika anda explore bagian timur ya bagian timur saja, tidak bisa dari spot yang ada di timur anda minta pindah ke spot yang ada di barat pulau itu.

      Jadi hal ini sebaiknya ditegaskan di depan pada saat menyewa mobil.

      Semoga informasi ini membantu.

      Salam
      John

      Delete
  3. pak john~
    maka september adalah bulan kemarau? bagaimana mahu ke mata air Guyangan!! panas!! Atuh Beach!! naik turun tangga...tangga...masih~mengharap september masih kehijauan....(CRY)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Aishurin,
      Ya benar September masih kemarau. Dengan kondisi kekeringan, alam di Nusa Penida memiliki keindahan tersendiri. Alam yang hijau sudah biasa dan mudah sekali kita temukan di Indonesia bagian barat, namun pemandangan dengan hamparan rumput dan pepohonan yang seluruhnya sudah kering, menguning kecoklatan hanya bisa ditemukan di Indonesia Timur atau di sini, Nusa Penida.

      Mata air Guyangan ada di Desa Batukandik. Pulau ini masih sepi penghuni, jika anda menjelajah sendiri mungkin membutuhkan usaha extra keras untuk mencari jalan menuju spot2 yang anda sebut di atas, karena tidak mudah menemukan warga yang bisa diminta petunjuk.

      Jika anda pergi secara berkelompok saya sarankan anda mencari seorang pemandu lokal, bisa banyak menghemat waktu dan tenaga.

      Semoga informasi ini bermanfaat. Selamat menjelajah.

      Delete