Thursday, November 27, 2014

Daocheng, Yading - The Last Shangri-La ( Part 2)




Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Kangding ( 4285m dpl ). Di tengah perjalanan salju turun tiba-tiba, padahal ini baru musim gugur. Meskipun sempat kelabakan karena saya tidak membawa baju winter, tetapi saya merasa sangat kegirangan karena ini untuk pertama kali saya melihat salju turun secara langsung. Salju turun selama 2 hari. Sekali perjalanan mendapatkan 2 musim sekaligus. Saya terpaksa memakai semua baju yang saya bawa. Terasa sangat berat, gendut dan sesak. Tentu ini bukan ide yang baik, ini hanya dalam keadaan darurat. Karena dengan berpakaian hingga 6-7 lapis tentu tidak baik bagi sirkulasi darah, sewaktu berjongkok langsung terasa sesak nafas.










Dari Kangding kami berlanjut ke Daocheng ( 4411m dpl ). Di sepanjang jalan kami mendapatkan view yang fantastik, Benar-benar sangat dahsyat keindahan alam di sepanjang jalan ini. Lalu pada siang hari kami menemukan hamparan salju yang tebal persis di pinggir jalan antar kota yang kami lalui. Kesempatan seperti ini tentu tidak kami sia-siakan dan kami segera turun dari mobil untuk bermain salju. Rupanya tempat ini juga turun salju kemarin sore.












Daocheng adalah kota kecil tempat di mana Yading berada dan wilayah Yading inilah yang disebut sebagai Shangri-La. Untuk menuju Yading, kami harus trekking sekitar 30 menit, bayangkan oksigen tipis, sesak nafas dan kami masih harus trekking. Benar-benar perjalanan yang berat dan menyiksa. Pegunungan di Yading memiliki puncak tertinggi 6032m dpl, tentu kita tidak perlu trekking setinggi itu. Saat turun dari Yading anda bisa memilih tetap berjalan kaki atau naik kuda.





Tetapi saya sarankan anda jangan pernah menyerah dan tidak boleh menyerah karena semua kesulitan yang dihadapi akan terbayarkan begitu kita tiba di dataran atas. Amazing, amazing, so amazing. Seluruh landscape begitu fantasi, puitis, bikin hanyut, bagaikan kayalan.




















DaoCheng sejak setahun yang lalu sudah memiliki airport dan ini merupakan airport tertinggi di dunia. Namun jika anda punya waktu yang cukup, tentu memilih cara overland seperti yang kami lakukan ini akan jauh lebih mengasikkan.
Keindahan alam Shangri-La memang sangat memukau namun beberapa persoalan dan kesulitan yang dihadapai, sedikit tidak telah mempengaruhi stamina dan membuat perjalanan ini menjadi tidak maksimal. Bagi kita yang terbiasa hidup di daerah tropis, kondisi alam dan suhu udara pada ketinggian 5000 m dpl dan perubahan cuaca yang ekstrim merupakan suatu kendala yang paling signifikan.





Perjalanan kembali ke Chengdu, kami mengambil rute yang sama, hostel yang sama namun di sepanjang perjalanan kami berhenti di desa-desa yang berbeda. Terakhir kami explore sebuah lembah bernama Hailuogou, dan menginap semalam di sana sebelum kembali ke Chengdu.










End.


Daocheng_Yading - The Last Shangri-La ( Part 1)
http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/11/daocheng-yading-last-shangri-la-part-1.html