Monday, September 29, 2014

Pinnacles Desert - Western Australia Part 2



Pinnacles Desert berada di tengah-tengah Nambung National Park, 250 km di sebelah utara kota Perth. Nambung sendiri berasal dari bahasa Aborigin yang berarti sungai yg berkelok- kelok. Dan memang benar ada sebuah sungai yang membelah taman nasional ini dan mungkin ini alasannya mengapa kata " Nambung " diberikan kepada taman nasional ini.

   
Pinnacles sendiri berupa sebuah padang gurun kecil, dengan pilar-pilar limestone yang unik, membentuk formasi-formasi secara alamiah menjadi sebuah landscape yang menakjubkan. Pinnacles diperkirakan terbentuk secara alami sejak jutaan tahun yang lalu. Meskipun tidak seekstrim padang gurun yang sesungguhnya, jika kita tidak hati-hati bisa tersesat juga. Karena buat kita yang baru pertama kali datang ke tempat ini, tentu sangat sulit bagi kita untuk mengenal mana arah menuju jalan keluar. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik masuk ke kawasan gurun secara berkelompok atau minimal berdua, jangan seorang diri.




 
Untuk menjelajah Pinnacles mulai dari pintu masuk hingga keluar paling tidak membutuhkan waktu 90 - 120 menit. Akan tetapi pihak penyelenggara tour hanya memberikan waktu kurang dari 30 menit, dan dengan waktu yang begitu singkat itu sebenarnya hanya cukup untuk menyeberangi Pinnacles saja tanpa punya kesempatan untuk berhenti dan berfoto-foto. Tour guide sendiri berjalan sangat cepat di paling depan dan menginstruksikan kami mengikutinya dari belakang. Dia sepertinya sedang menguber waktu.



Saya tidak peduli dengan aturan ini dan mengabaikan batas waktu yang diberikan. Hal ini tentu mengakibatkan kemarahan di pihak penyelenggara dan akhirnya terjadi adu mulut dengan tour guide karena saya terlambat 30 menit saat saya kembali ke dalam bus. Bisa anda bayangkan nama paketnya Pinnacles Tour, dan saya telah membayar AUD165 untuk acara hari itu atau setara dengan Rp1.732.500, akan tetapi spot yang paling utama malah disia-siakan oleh mereka dengan mengisi acara melihat kanguru di pagi hari, mengunjungi dan menghabiskan banyak waktu di pabrik lobster pada waktu makan siang yang berakibat tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyaksikan Pinnacles.

Mengapa saya melanggar ? Karena selain saya memiliki argumentasi yang kuat ke pihak penyelenggara sebagaimana saya utarakan di atas, hal terpenting lainnya adalah mungkin dalam seumur hidup ini hanya sekali ini saja saya datang ke tempat ini. Saya bisa mengerti bahwa sebagai seorang guide, tentu sangat mengharapkan pendapatan tambahan begitu ada peserta yang tertarik untuk memesan dan memakan lobster. Tetapi sebaliknya saya juga hanya menuntut hak saya atas paket tur yang telah mereka janjikan sebelumnya. Jadi saya yakin tindakan saya sangat tidak berlebihan, apalagi menurut penuturan seorang wisatawan lain, bahwa sebenarnya rombongan juga baru saja tiba belum lama.



Dari kejadian ini anda mungkin sudah bisa mereka-reka alasan mengapa selama ini, saya lebih memilih melakukan perjalanan sendiri, bukan ikut tur. Alasan pertama yaitu tidak ada kebebasan sama sekali, alasan kedua perjalanan sepenuhnya bukan milik saya tetapi milik tour guide. Saya menyarankan anda juga untuk tidak ikut tur jika ingin menjelajah ke Pinnacles tetapi ajaklah beberapa orang teman dan sewa mobil saja. Pengeluarannya pasti jauh lebih murah jika biayanya dibagi rata dan sudah bisa dipastikan perjalanan anda akan jauh lebih menyenangkan.
Dalam perjalanan ke atau dari Pinnacles, pastikan anda mampir juga ke Lancelin sebuah kota nelayan kecil di tepi pantai yang letaknya tidak jauh dari Pinnacles. Di tempat ini, kita bisa bermain SANDBOARDING, sebuah permainan yang sangat mengasyikan. Keunikan alam dengan gundukan raksasa pasir putih yang membentuk beberapa bukit ini konon terjadi akibat terpaan angin kencang yang secara berkala membawa pasir putih yang semula berada di pantai, berpindah ke daratan.





Pada hari terakhir di Perth saat ingin kembali ke tanah air, di ruang tunggu bandara saya didatangi seorang petugas dari dinas pariwisata Perth, yang sedang melakukan survey. Saya melaporkan kejadian ini bersamaan dengan intimidasi oknum bea cukai yang memperlakukan saya dengan tidak sopan saat saya tiba seminggu yang lalu, hanya gara-gara saya tidak melapor 2 bungkus biskuit Sari Gandum yang saya bawa. Handphone saya, pasport saya semua dibawa pergi dan entah apa yang mereka lakukan. Backpack yang saya bawa dibongkar . Pada saat yang bersamaan saya dicecar dengan pertanyaan berulang-ulang " mengapa saya datang lagi ke Australia ", padahal saya sudah menjelaskan bahwa saya memperoleh visa multiple dan saya hanya ingin traveling. Semoga masukan saya ini membawa perbaikan dan tidak ada lagi wisatawan yang mengalami diskriminasi sebagaimana yang saya alami pada trip kali ini.


(......bersambung : catatan tentang perjalanan ke kota Fremantle )

Araluen Botanic Park :
http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/09/araluen-western-australia-part-1.html

Fremantle :
http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/10/fremantle-western-australia-part-3.html


    



No comments:

Post a Comment