Saturday, September 13, 2014

Mount Rinjani, My Country's Beauty ( Part 1 )




Keinginan yang sudah lama terpendam untuk mendaki gunung Rinjani, akhirnya terlaksana juga. Saya sempat ragu dan berfikir berulang kali mengenai tantangan berat yang harus dihadapi di alam raya. Apalagi Rinjani adalah gunung berapi tertinggi ke 2 di Indonesia. Tetapi di balik semua alasan itu, alasan yang paling tepat adalah keraguan akan kemampuan fisik diri saya sendiri. Hal ini terjadi karena mengingat saya pribadi pada dasarnya bukanlah seorang pendaki, dan dari segi umur juga tidak muda.

Namun keindahan alam di gunung Rinjani sungguh memukau, terutama danau Segara Anak yang posisinya berada di tengah-tengah kawah itu, benar-benar mampu menyihir. Lalu saya mulai membayangkan bila satu hari nanti saya sanggup berdiri di atas puncaknya dengan ketinggian 3726m dpl atau katakan saja paling tidak di pinggir kaldera pada ketinggian di atas 3000m dpl, tentu saja dengan view danau Segara Anak, hmm…itu pasti sangat keren dan menakjubkan. Impian yang terus mengiang-ngiang inilah yang pada akhirnya mendorong saya berani memutuskan untuk mengambil tantangan ini.

Danau Segara Anak, dilihat dari ketinggian 3200m dpl

mimpi menjadi kenyataan
Berbagai rangkaian latihan fisik pun dimulai tepat 3 minggu sebelum jadwal keberangkatan saya menuju Lombok. Mulai dari latihan penguatan lutut, pergelangan kaki, otot paha, betis hingga pernafasan. Mengingat medan yang akan dilalui begitu sulit, sehingga latihan fisik ini menjadi mutlak dan wajib untuk dilakukan. Jarak yang akan ditempuh juga sangat jauh dan semuanya dilakukan dengan berjalan kaki. Tentu hal ini akan sangat menguras tenaga, terlebih di tengah-tengah panasnya suhu udara tinggi musim kemarau padang rumput savanna, yang terbentang luas mulai dari Sembalun hingga Plawangan. Hal ini juga menjadi salah satu faktor atau kendala mengapa setiap pendaki wajib memiliki ketahanan tubuh, yang benar-benar prima.
Jalur Sembalun - Plawangan medannya memang lebih landai dibandingkan jika kita naik melalui rute Senaru. Namun rute ini merupakan hamparan savanna yang luas dan terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi terutama pada siang hari. Sehingga energi banyak terkuras pada tahap ini, dan stamina mudah mengalami penurunan. Kami juga disarankan untuk tidak mencoba-coba mengambil jalur selatan jika tidak memiliki keahlian. Selain karena itu bukan jalur resmi dari Taman Nasional Gunung Rinjani ( TNGR ), jalur selatan juga merupakan jalur maut karena medannya yg sangat terjal dan ektrim. Bulan Agustus yang lalu dua orang pendaki menemukan ajalnya setelah jatuh masuk ke dalam jurang, satu di antaranya diketahui berwarga negara asing.

Pada tanggal 15 Mei pagi, kami masing-masing tiba di Bandar udara international Lombok dengan beberapa maskapai yang berbeda. Total kami berjumlah 12 orang, dan semua berasal dari Jakarta dengan profesi yang beragam namun dengan satu tujuan yang sama yaitu mendaki Rinjani. Di antara kami ada beberapa orang yang sudah beberapa kali mendaki gunung-gunung di Pulau Jawa dengan kata lain sudah berpengalaman. Namun ada juga pemula seperti saya yang hanya bermodalkan semangat dan nekad alias belum ada rekam jejak sama sekali soal kemampuan dalam hal mendaki gunung.
Bertolak dari Bandara kami mampir terlebih dahulu ke kampung adat suku Sasak Sade sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan di Sembalun. Sembalun adalah sebuah desa kecil, penghasil bawang merah di dekat kaki gunung Rinjani dan merupakan salah satu gerbang masuk menuju Taman Nasional Gunung Rinjani selain Senaru dan Torean.

Gunung Rinjani dilihat dari Sembalun
Setelah menginap semalam di Homestay di desa Sembalun, kini tiba saatnya kami segera memulai perjalanan kami menuju Rinjani. Mobil pickup yang akan menjemput kami sudah menunggu di pekarangan homestay. Setelah mengurus izin dan membayar biaya masuk untuk semua peserta, mobil pickup yang membawa kami segera meluncur menuju starting point tempat di mana para porter yang akan membantu kami dalam hal logistik serta semua perlengkapan kemah sudah menunggu. Sesaat sebelum kami meninggalkan desa Sembalun, kami tidak lupa berdoa bersama untuk memohon keselamatan dan perlindungan selama pendakian.







(.......bersambung )

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/09/mount-rinjani-my-countrys-beauty-pat-2.html

http://johntravelonearth.blogspot.com/2014/09/mount-rinjani-my-countrys-beauty-part-3.html


    

No comments:

Post a Comment