Thursday, February 4, 2016

Puncak B-29, Lumajang Part-1




Pagi itu saya dan Afaf janjian ketemu di Terminal 1C, karena kami naik pesawat yang sama menuju kota Malang. Sedangkan Dudi dan Neneng memilih lewat Surabaya. Tempat tujuan kami sebenarnya bukan kota Malang, melainkan Lumajang. Kami akan mengeksplor 2 spot utama di Lumajang yaitu Puncak B29 dan air terjun Tumpak Sewu.
Tiba di Bandara Abdul Rachman Saleh, kami langsung memesan taksi untuk segera melanjutkan perjalanan menuju meeting point kami di depan Stasiun Malang. Beberapa anggota tim sudah tiba lebih dulu dibandingkan kami. Singkat cerita setelah semua anggota sudah lengkap, kami langsung melanjutkan perjalanan ke rumahnya Mas Arief, pemilik Jeep Masbro Adventure.com.



Di tempat Mas Arief kami beristirahat sejenak, dan makan siang. Sekitar pukul 13.30 kami meninggalkan tempat tinggal Mas Arief. Dan saat itu juga menandakan bahwa adventure kami segera dimulai. Total kami menggunakan 3 jeep merah milik Mas Arief. Dan secara konvoi jeep yang kami tumpangi melaju dengan cepat di jalanan kota Malang. Target kami bisa tiba di Puncak B-29 tidak terlalu malam.

Jemplang
Mendekati Ranu Pane, kami turun dan mampir sebentar di Jemplang untuk sekedar berfoto dan menikmati keindahan alam di sekitar Bromo. Pemandangan di Jemplang sore itu indah sekali. Didukung oleh sinar matahari yang cukup bersahabat, dan bukit-bukit teletubbies, di sekitar Gunung Bromo tampak sangat spesial.
Tempat ini belakangan ini lumayan populer dan banyak didatangi wisatawan lokal, karena alam di sekitarnya memang sangat takjub.
















Beranjak dari Jemplang, kami langsung menuju Lumajang. Tidak lama setelah melewati Ranu Pane, kabut lebat turun. Langit mendung dan jarak pandang menjadi sangat dekat. Jalan lintas dari Ranu Pane menuju Lumajang memang masih tampak seperti hutan. Dan sore itu cuaca di Lumajang kelihatannya memang turun hujan. Hal ini bisa dilihat dari jalanan yang basah di beberapa kawasan, saat kami masuk ke wilayah Lumajang. Bahkan ketika kami sudah berada di Lumajang hujan gerimis masih sempat turun beberapa kali.

Memasuki Jalan yang akan menghantar kami menuju Puncak B-29, hari sudah gelap. Tiba-tiba jeep kami, dihadang oleh sekawanan pengendara sepeda motor. Rupanya untuk naik ke Puncak B-29 kami tidak diperkenankan untuk membawa mobil. Dan wajib menggunakan jasa mereka untuk bisa mencapai tempat perkemahan di Puncak B-29, atau dengan trekking. Jasa ojek sepeda motor adalah Rp 60.000 untuk sekali jalan.
Tetapi mengingat hari sudah malam dan tidak ada gambaran seberapa jauh jaraknya, akhirnya kami berusaha untuk bernegosiasi dengan ketua kelompok ojek sepeda motor itu. Dengan berbagai alasan yang kami utarakan, akhirnya mereka setuju bahwa kami dengan membayar Rp20.000 per orang dan jeep kami dizinkan untuk naik hingga di atas bukit. Tentu 2 ojek yang memandu kami, tetap kami bayar full yaitu Rp 60.000 per ojek.

Ternyata ke tiga orang driver kami belum pernah sama sekali ke tempat ini. Jalan menuju atas bukit masih berupa tanah liat. Jika hujan jalanan akan becek dan lengket. Dan di saat kering,  debunya mengepul hingga tidak terlihat sama sekali obyek apapun yang berada di depan kita. Tentu ini sangat berbahaya. Malam itu, kami benar-benar berjuang keras. Kondisi jalan dan sekitarnya sangat gelap, jalan tanah liat yang sudah rusak parah, ditambah lagi bentuk jalannya yang berkelok-kelok dengan tanjakan dan tikungan yang sangat tajam. Ini merupakan kali pertama saya memanjatkan doa di dalam mobil saat sedang melakukan eksplorasi. Benar-benar menegangkan dan berbahaya. Mungkin ini alasannya mengapa mobil dilarang untuk naik.
Puncak B-29 
Tiba di atas bukit udara dingin langsung menyergap sekujur tubuh, yang hanya dibalut sehelai kaos tipis dan celana jeans pendek. Sontak saya merasakan ada hawa dingin yang tiba-tiba menusuk hingga ke dalam tulang. Seketika saya langsung menggigil dan panik karena carrier saya masih terikat di atas jeep. Untung ada seorang nenek tua yang sedang memasak mie di dalam warungnya. Saya segera berlari menghampiri tungku api untuk menghangatkan badan sambil menunggu driver membongkar dan menurunkan ransel saya.
Setelah memakan semangkok mie kuah yang panas, tubuh saya mulai terasa hangat. Lalu kami trekking sekitar 200 meter menuju tempat perkemahan. Dengan gerakan cepat kami berusaha mendirikan kemah secepat mungkin, karena suhu udara malam itu benar-benar dingin. Menurut tukang ojek yang memandu kami, beberapa malam ini suhu udara drop hingga minus.

Malam itu kami berbagi tugas. Di tengah suhu udara yang begitu menggigil, selain ada yang bertugas memasang tenda, ada yang bertanggung jawab untuk memasak. Bayangkan suhu udara begitu dingin, jika turuti kata hati tentu kami ingin segera masuk ke dalam tenda dan beristirahat. Tetapi di tengah suhu udara yang begitu dingin, tubuh yang lelah bukan hanya butuh istirahat namun juga perlu asupan kalori yang cukup agar dapat bertahan terhadap suhu udara yang ekstrim seperti ini.
Bangun subuh, keluar dari tenda. Udara masih terasa begitu dingin, padahal saya sudah pakai berlapis-lapis. Langit masih gelap, belum kelihatan apa-apa. Sambil menunggu matahari terbit, saya menyiapkan semua keperluan seperti tripod dan kamera. Dan foto-foto berikut ini adalah momen-momen terindah saat matahari terbit, saat sang surya malu-malu mulai menampakkan diri dari balik awan, di ufuk timur yang berwarna jingga kemerahan. Ini salah satu keindahan di Puncak B-29.















Wow! Lautan awan! Benar-benar dahsyat. Inikah yang disebut negeri di atas awan? Setelah langit mulai terang, lautan awan pun kelihatan. Indah sekali. Tetapi, yang saya dambakan sebenarnya adalah pemandangan dengan awan yang benar-benar berada persis di bawah kaki saya. Tetapi ternyata kami tidak seberuntung yang kami kira. Pagi itu angin terlalu kencang sehingga kabut yang biasanya terkurung dan menutupi sekeliling Gunung Bromo, telah tertiup terbang bersama angin.





Kok saya menyebut Bromo? Ya memang benar dan ini bukan sebuah kekeliruan bahwa saya menyebut nama Bromo. Karena pada kenyataannya, Puncak B-29 memang berada di dalam kawasan yang sama dengan Gunung Bromo, hanya berbagi sisi yang berbeda. Tentu selain sisi yang berbatasan dengan Gunung Bromo, Puncak B-29 masih memiliki sisi lain, yang pemandangannya juga benar-benar takjub.





Di sisi timur, yaitu sisi di mana kami menyaksikan matahari terbit, yang juga merupakan tempat perkemahan kami, pemandangan setelah matahari terbit juga masih sangat impresif. Lihat! bayangan pegunungan itu, saling bertumpukan, bertingkat-tingkat menjadi satu lukisan yang spektakuler. So amazing. Dan ini momen yang paling luar biasa. 












view dengan Gunung Semeru





Saat kami turun dari bukit, kami baru menyadari dan melihat dengan jelas betapa bahaya dan rusaknya jalan yang kami lalui semalam. Seandainya kami memutuskan untuk naik ojek motor pun, itu juga sangat membahayakan keselamatan jiwa kami. Bersyukur semua sudah berlalu dan dapat dijalankan dengan baik.


















Sebenarnya masih terdapat akses lain untuk mencapai tempat ini, yaitu lewat Jemplang dan trekking sekitar 3 jam menyusuri lautan pasir hingga desa terdekat dengan Puncak B-29. Kemudian trekking menuju atas. Namun akses ini konon sudah ditutup oleh warga setempat dan tidak bisa dilalui lagi sekarang.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya tahu anda pasti bertanya-tanya mengapa namanya B-29. Kok kedengarannya seperti nama salah satu merk sabun colek yang sudah lama beredar di pasaran. Apakah ada kaitan di antara keduanya?

B itu diambil dari huruf pertama kata bukit, sedangkan 29 itu menandakan ketinggiannya yaitu 2.900m di atas permukaan air laut.  Semula tempat ini tidak memiliki nama, dan ini cara paling sederhana sekaligus kreatif untuk memberikan nama pada sebuah lokasi. Dan ternyata populer.

Target berikutnya adalah air terjun Tumpak Sewu. Dan kami akan mendirikan kemah, bermalam di bawah kaki Gunung Semeru.
End.


Tokyo, Japan Trip Part-6A
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/02/tokyo-japan-trip-part-6a.html

Cherry Blossom In Osaka, Japan Trip Part-1
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/cherry-blossom-in-osaka-japan-trip-part.html

Hiroshima & Miyajima, Japan Trip Part-2
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/hiroshima-miyajima-japan-trip-part-2.html

Kyoto, Japan Trip Part-3
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/kyoto-japan-trip-part-3.html

Shirakawa-go, Japan Trip Part-4
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/shirakawa-go-japan-trip-part-4.html

Kathmandu, Nepal

Xiahe, " A Little Tibet " The Majestic Of Gansu Part-2

Ganjia Grasslands, The Majestic Of Gansu Part-1

Danxia "Rainbow Mountain", The Majestic Of Gansu Part-3

Southwest Sumba & Treasure Part - 1

No comments:

Post a Comment