Dibandingkan dengan dua destinasi sebelumnya ( Avatar Mountain http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/01/avatar-mountain-zhangjiajie-forest_28.html dan Yangshuo http://johntravelonearth.blogspot.com/2015/02/yangshuo-part-1.html ), Guangzhou memberi kesan yang berbeda tentunya bagi teman-teman yang baru pertama kali ke China. Meski baru termasuk top 5 deretan kota besar di China, namun ini sudah mampu memukau dan membuat teman-teman terkesima. Mulai dari arsitektur masjidnya yang lebih mirip sebuah kelenteng, jalan raya yang lebar, trotoar yang rapi dan bersih, beragamnya barang dagangan mulai dari kelas kaki lima, glodok, pasar baru hingga mall-mall kalangan atas. Guangzhou memang bukan kota wisata, melainkan kota perdagangan. Banyak barang unik dan murah bisa ditemukan di sini. |
|
Mungkin yang paling berkesan bagi teman-teman saya adalah makanan halal yang enak dan cocok dengan lidah orang Indonesia. Lalu arsitektur South Station yang seakan menampar setiap orang Indonesia yang memasuki bangunan itu, karena sebuah stasiun ternyata lebih megah dibandingkan dengan Bandara International kita, dan yang terakhir adalah sangat bersyukur di sepanjang perjalanan selama 10 hari, rombongan kami tidak menemukan toilet horor yang menakutkan dan menjijikkan sebagaimana berita yang sering dilansir oleh traveler kita. Selama berada di Guangzhou kami mengunakan moda transportasi MRT, sangat mudah dan murah. |
Berikut ini adalah tempat-tempat yang kami kunjungi selama
berada di Guangzhou: |
|
|
|
|
|
|
|
|
- Pusat Belanja Shangxiajiu
|
|
|
- Stasiun kereta api modern " South Station/ Nan Zhan "
|
|
- Tian He Cheng shopping center
|
|
| |
|
|
|
|
|
Masjid Huai Sheng konon merupakan masjid tertua di Guangzhou, bahkan mungkin di seluruh daratan Cina. Letaknya berada di jalan Guangta no. 56. Arsitektur bangunan masjid yang lebih menyerupai sebuah kelenteng ini, hampir tidak kelihatan di tengah kepadatan bangunan sekitarnya.
|
Masjid ini tidak terbuka untuk umum, hanya umat Islam yang diperbolehkan masuk ke dalamnya. Saya pernah ditolak pada trip sebelumnya, beruntung kali ini saya datang lagi dengan membawa teman-teman Muslim, dari Indonesia. Sehingga dengan mudah kami diizinkan masuk. Kami melihat banyak turis domestik tertahan di luar masjid karena mereka bukan Muslim. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Komplek bangunan masjid ini terdiri dari beberapa bagian. Bangunan paling depan, disusul bangunan tengah yang menyerupai sebuah gerbang kota, menyambung ke bangunan di sisi kiri dan kanan membentuk bujursangkar, seakan membentengi bangunan utama yang berada di belakang.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Masjid ini dipercaya dibangun oleh paman dari Nabi Muhammad pada tahun 627. Namun jika kita melihat dari arsitektur bangunan masjidnya, sama sekali tidak ditemukan jejak atau unsur arsitektur timur tengah di dalamnya, termasuk nama masjidnya itu sendiri. Apalagi sampai hari ini tidak ada catatan atau bukti yang menunjukkan bahwa Sa'd ibn Abi Waqqas pernah mengunjungi China. Nama Huaisheng sendiri berarti " Merindukan Rasulullah " |
|
|
|
|
|
|
|
|
Untuk mencapai masjid ini, relatif gampang jika kita naik MRT dan turun di station Ximenkou. Posisi masjid berada di jalan kecil, di belakang deretan toko-toko, begitu kita naik ke atas dan melangkah keluar dari station, ambil kanan lalu masuk ke jalan kecil yang ada di samping pertokoan itu.
Shangxiajiu |
|
|
|
|
|
|
Pusat belanja murah meriah mirip Pasar Baru dan Glodok ini, letaknya tidak jauh dari Masjid Huaisheng. Hanya berjalan kaki beberapa ratus meter ke perempatan lampu merah Ximenkou, lalu menyeberangi jalan Renminlu, ambil kiri. Dari situ, di sepanjang kaki lima hingga lampu merah berikutnya, lalu kita membelok kiri masuk ke kawasan Shangxiajiu, kita akan disuguhkan banyak sekali toko-toko dan pedagang kaki lima yang menjajakan beragam jenis produk dengan harga yang murah, juga berbagai kuliner lokal yang lezat.
Mencobai kuliner tofu busuk
Pedagang sate kambing
Tahukah anda bahwa buah Kiwi adalah buah asli negara China. http://intisari-online.com/read/buah-kiwi-asli-cina-nama-dari-selandia-baru-1
Penjual es mambo
Suasana Shangxiajiu pada malam hari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Di sisi berlawanan dari Shangxiajiu, atau di seberang jalan ada sebuah gang yang padat dikunjungi anak-anak muda. Gang ini namanya Zhuangyuanfang 状元坊, di sini tempat khusus menjual barang-barang fashion anak muda dengan harga yang murah. Meskipun murah, anda tetap wajib tawar menawar jika tidak ingin menyesal kemudian apabila menemukan di toko sebelah ternyata harganya jauh lebih murah.
|
|
| |
|
|
|
Mendengar sebutan pulau, yang langsung kebayang adalah pantai yang indah, ombak putih, langit biru, menyeberangi laut dengan perahu, berenang dan lain sebagainya. Namun untuk pulau satu ini memang agak berbeda. Ketika pertama kali saya datang ke pulau ini, saya tidak menemukannya. Dalam kebingungan, saya mencoba bertanya kepada seorang petugas keamanan " maaf pak, bagaimana cara menuju Pulau Shamian ". Tahukah anda jawaban apa yang saya peroleh ? " ya ini adalah Shamiandao, tempat yang kita berdiri ini ya Shamiandao". Saya langsung tercenggang dan benar-benar belum sepenuhnya bisa mencerna penjelasan petugas itu. Catatan : "dao" dalam bahasa Mandarin artinya pulau, bacanya " Tau".
|
Lalu saya sendiri mulai mengamati, dan rupanya pulau Shamian itu hanya sebuah daratan kecil yang timbul atau muncul dekat tepi sungai Mutiara, yang keberadaanya hampir bersatu dengan bantaran sungai atau daratan kota Guangzhou. Sekilas lihat anda tidak akan mengira itu adalah sebuah pulau, karena jalan atau jembatan penghubungnya tidak lebih dari 10 meter.
|
|
|
|
|