Danau Kawaguchi. atau Kawaguchiko letaknya berada di bawah kaki Gunung Fuji. Danau ini sangat luas dan terbentang memanjang menyerupai huruf J dengan total permukaan danau 6,13 Km persegi. Saking luasnya danau ini membuat kita perlu lebih cermat dalam hal memilih penginapan. Letaknya penginapan, sangat menentukan view Gunung Fuji yang akan kita dapatkan, serta waktu yang dibutuhkan untuk mengejar the best moment dalam pengambilan gambar. Bagaimanapun untuk mendapatkan view terbaik dan foto yang keren, tentu menjadi tujuan utama saya untuk datang dan menginap di tempat ini.
| |||||||
Konon untuk menikmati keindahan Gunung Fuji paling ideal adalah dari Hakone, namun akses yang paling mudah untuk dicapai dengan bus maupun kereta api adalah Kawaguchiko. Dan kami mencoba keberuntungan kami lewat akses yang lebih gampang dengan memilih Kawaguchiko. | |||||||
Pagi itu kami meninggalkan Nagoya Traveller Hostel sekitar pukul 08.00. Jarak dari hostel menuju stasiun Nagoya sebenarnya lumayan jauh, namun karena udaranya sejuk kami memutuskan untuk jalan kaki. Dan sebenarnya hanya itu pilihan kami, karena di Jepang tidak seperti di Jakarta dengan mudah kita bisa mendapatkan ojek sepeda motor, angkot ataupun taksi. Setelah melewati alun-alun tempat Nogoya Tower berdiri. Kami membelok ke kiri dan langsung menuju stasiun. | |||||||
Dari stasiun Nagoya kami naik Shinkansen menuju Hachioji Station, kemudian lanjut dengan kereta lain menuju stasiun Otsuki. Dari tempat ini kami melanjutkan perjalanan ke Kawaguchi lewat Fuji-Kyuko-Line.
| |||||||
Sewaktu menunggu kereta di stasiun Otsuki, kami melihat station ini menyediakan sebuah stampel berukuran besar berlogo stasiun bersangkutan, yang diperuntukan bagi penumpang yang ingin meninggalkan kenangan di paspornya. Kami lalu mencap paspor kami dengan logo station sebagaimana yang pernah kami lakukan sewaktu di Cradle Mountain, Tasmania. Tentu kita harus bijak dan memilih halaman belakang atau halaman yang masih ada tempat kosong dan sudah tidak digunakan lagi.
| |||||||
Saat tiba di stasiun Kawaguchi, sekitar pukul 14.30. Kami tidak langsung menuju hotel, melainkan kami memutuskan untuk ikut bus terakhir menuju Fuji 5th Station dengan membayar 2.100 Yen per orang. Namun entah karena faktor cuaca atau penyebab lain, 5th Station ditutup sehingga kami hanya bisa turun di 4th Station. Tidak terlalu exciting sebenarnya dengan keadaan di 4th Station, pemandangannya biasa-biasa saja.
| |||||||
Kembali ke Kawaguchi Station, kami terlebih dahulu mengambil backpack kami yang dititipkan di loker. Traveling sendiri di Jepang sangat mudah, salah satu pendukungnya adalah di setiap stasiun menyediakan loker penitipan barang dan sangat aman. Dan jangan lupa untuk menyediakan uang logam.
Oh ya di sekitar stasiun Kawaguchi juga banyak ditemukan pohon sakura, Pohonnya penuh dengan bunga dan sedang mekar-mekarnya. Namun perasaan exciting kali ini tidak seperti pertama kali kami menemukan festival sakura sewaktu di Osaka. Mungkin karena kami sudah lelah. Atau bisa jadi karena sudah sedikit jenuh. Tetapi apapun alasannya itu sudah tidak lagi penting karena tujuan kami ke kawaguchiko adalah untuk melihat pemandangan spektakuler dengan Gunung Fuji dan bayangannya yang terpantul di atas permukaan air danau.
Dan sebenarnya saat cuaca cerah, Gunung Fuji berada persis di belakang stasiun dan dapat dilihat dengan jelas. | |||||||
Dari stasiun, kami jalan kaki menuju penginapan di tepi danau Kawaguchi. Tidak terlalu jauh. Namun justru di sini lah letak permasalahannya. Kami memilih penginapan yang dekat dengan stasiun tetapi lupa memperhatikan di mana letak Gunung Fuji. Padahal untuk memotret dan menikmati keindahan Gunung Fuji, dengan permukaan air danau bak cermin, adalah agenda utama kami untuk kemari dan menginap semalam di Kawaguchiko. | |||||||
Selesai cek in di Hotel Ichifujiso, hari sudah mulai gelap. Dan kami segera keluar untuk mencari makan. Sewaktu melewati pertigaan tadi, kami melihat sebuah restoran halal, namun begitu kami kembali ternyata restorannya sudah tutup pada jam 6.00 sore. Setelah itu hingga tengah malam kami tidak menemukan lagi restoran halal di sepanjang jalan yang berada persis di pinggir danau itu.
| |||||||
Padahal kami bertiga sudah berniat, ingin makan yang enak malam itu, dan meminum sesuatu yang hangat di tengah cuaca yang begitu dingin. Namun apa yang mau dikata, keadaan tidak memungkinkan. Dan untuk mengenyangkan perut, akhirnya kami terpaksa kembali memakan bento yang kami beli di sebuah minimarket yang berada persis di depan restoran halal itu. Sedih? Ya memang sedih, tetapi tidak menjadi masalah yang serius. | |||||||
onigiri bunga sakura
Di Jepang memang masih sulit untuk menemukan restoran halal, tidak seperti di China dengan mudah kita bisa temukan makanan halal, karena di China banyak umat muslim. Saya pada dasarnya adalah pemakan segalanya kecuali binatang kesayangan seperti anjing, kucing dan binatang yang dilindungi. Namun 2 orang teman saya adalah muslim sejati, saya harus solider dan menghargainya.
| |||||||
Tidak jarang kami hingga tengah malam masih tidak menemukan makanan yang halal, dan sebagai konsekuensinya berat badan kami turun beberapa kilo selama 10 hari berada di Jepang. Saya salut, melihat keteguhan iman teman-teman saya, suatu ketika setelah membeli bento dari minimarket ternyata ada tulisan " Pork" dalam huruf kanji, teman saya memilih menahan lapar dan tidak menjadi makan itu bento. Padahal udara sedang dingin-dinginnya. 豚, 猪 = pork | |||||||
Well, kembali ke masalah penginapan. Hotel Ichifujiso yang kami book lewat booking.com sebenarnya lumayan bagus. Menurut saya, penginapan ini lebih cocok disebut guesthouse jika dilihat dari skalanya. Kamarnya unik dengan interior japanese style alias Tatami Room. Namun letaknya membelakangi Gunung Fuji, sehingga sore hingga malam itu kami hampir putus asa karena setelah berjalan cukup jauh kami tetap tidak menemukan pemandangan Gunung Fuji. Ternyata tertutup oleh bukit yang lain.
deretan hotel berbintang lima
| |||||||
Keesokan paginya saya bangun pada pukul 4.30. Saya bertekad harus bisa menemukan view Gunung Fuji di atas pantulan air danau, apapun alasannya. Teman saya Ali dan Ardi memilih untuk menunggu selesai sholat subuh dulu, dan akan menyusul saya ke tepi danau. | |||||||
Udara pagi itu sangat dingin, namun badan terasa hangat kembali setelah beberapa saat berjalan menyusuri tepi danau. Dan saat itu sebenarnya sudah cukup jauh saya berjalan, hampir semua hotel mewah di sebelah kiri sudah saya lewati. Namun masih saja belum kelihatan puncak Gunung Fuji. Apakah tertutup awan? Tetapi cuaca pagi itu sebenarnya cukup cerah, rasanya tidak mungkin Gunung Fuji tertutup awan. Saya lalu memutuskan untuk menaikkan tempo gerak kaki saya dan terus melangkah ke depan, bahkan sesekali disertai lari.
| |||||||
Akhirnya mendekati jembatan Ohashi, Gunung Fuji sudah mulai kelihatan. Saya dari cemas seketika berubah menjadi bersemangat, dan terus mempercepat langkah kaki untuk bisa mendapatkan spot yang baik. Konon Gunung Fuji hanya bisa dilihat dengan jelas pada pagi hari dan sore. Jika kehilangan kedua momen ini Gunung Fuji cenderung tertutup awan dan tidak bisa dilihat dengan sempurna.
| |||||||
Setelah berjalan cukup lama, tanpa disadari saya sudah berada di sisi lain dari danau ini. Persisnya berada di seberang tempat kami menginap. Dan tempat ini sudah dipadati oleh fotografer-fotografer domestik yang berkumpul di bawah deretan pohon Sakura. Seketika, nyali saya langsung ciut dan merasa minder. Bagaimana tidak, pertama karena saya bukan seorang fotografer. Kedua, kamera saya yang saya bawa setiap traveling ke mana-mana ini, kok tiba-tiba tampak seperti mainan. | |||||||
Tetapi sebaiknya cuek saja, kata saya di dalam hati. Saya harus belajar bisa mengatasi rasa minder saya. Segera saya menetralisir kembali mental dan suasana hati saya. Toh tidak ada yang mengenal saya, lagi pula tujuan saya kemari adalah untuk menikmati pemandangan Gunung Fuji, bunga sakura dan pantulan Gunung Fuji di atas permukaan air danau Kawaguchi. Bukan untuk mengikuti sebuah acara lomba foto. | |||||||
Ya benar, saya harus mengabaikannya. Saya harus memanfaatkan momen, yang sangat terbatas dan berharga ini jauh lebih penting. Tentu sebelum matahari terik, sebelum awan mengumpal dan menutupi puncak gunung, saya harus segera mengabadikannya menjadi sebuah foto yang indah. Tentu dari banyak sudut yang berbeda-beda. | |||||||
Dan satu hal tak bisa dipungkiri, bahwa Gunung Fuji memang sangat spesial, benar-benar indah dan takjub. Pada umumnya gunung itu tampak gagah dan perkasa. Tetapi Gunung Fuji ini tampak begitu elegan. Di dunia memang hanya ada satu gunung yang seperti ini, tidak ada duanya. Dan saya menantang anda untuk datang dan menyaksikannya secara langsung, daripada hanya melihatnya dari gambar. | |||||||
Pohon sakura di kawasan Music Forest Museum ternyata cukup banyak dan semua masih berbunga, sangat meriah. Ada yang berwarna putih, ada pula yang berwarna pink. Padahal hari itu sudah tanggal 18 , pertengahan minggu ke-3 bulan April. Jadi buat anda yang sudah terlanjur membeli tiket pesawat sekitar tanggal belasan April untuk tahun ini, tidak perlu terlalu pesimis. | |||||||
Berikut ini adalah hasil pemotretan saya pagi itu di depan Kawaguchiko Music Forest. Dan tempat ini menjadi tempat paling indah untuk melihat atau menikmati Gunung Fuji. Juga bunga Sakura dan pemandangan danau pada saat yang bersamaan. Pastikan satu hari anda akan berada di sini dan memasukkan lokasi ini di dalam wishlist anda.
| |||||||
Setelah 30 menit saya berada di depan Music Forest Museum, tidak tampak Ali dan Ardi menyusul. Rasanya mereka tidak menyangka jika saya sudah berjalan sejauh ini. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke penginapan. Dan ternyata saya menemukan mereka berdua masih berkutat di sekitar jembatan Ohashi. Sambil berjalan kembali ke hotel, di sepanjang jalan kami berfoto-foto lagi.
| |||||||
Tiba di penginapan, kami langsung membereskan bawaan kami. Cek-out, lalu berjalan menuju Kawaguchi Station. Kota berikutnya adalah Tokyo. End. Cherry Blossom In Osaka, Japan Trip Part-1 http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/cherry-blossom-in-osaka-japan-trip-part.html Hiroshima & Miyajima, Japan Trip Part-2 http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/hiroshima-miyajima-japan-trip-part-2.html Kyoto, Japan Trip Part-3 http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/kyoto-japan-trip-part-3.html Shirakawa-go, Japan Trip Part-4 http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2016/01/shirakawa-go-japan-trip-part-4.html
Kathmandu, Nepal
Xiahe, " A Little Tibet " The Majestic Of Gansu Part-2
Ganjia Grasslands, The Majestic Of Gansu Part-1
Danxia "Rainbow Mountain", The Majestic Of Gansu Part-3
Southwest Sumba & Treasure Part - 1
| |||||||
Monday, January 25, 2016
Spot Terindah Untuk Melihat Gunung Fuji Di Kawaguchiko, Japan Trip Part-5
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sore pak.
ReplyDeleteJalan kaki dari stasiun kawaguchiko ke music forest museum memungkinkan tidak ya? Berapa menit kah kira2? Kalo naik retro bus dg membeli 2 day pass itu terlalu mahal kyknya..
atau bisakah naik retro bus itu tanpa beli 2 day pass? jd bayar manual gt.
Ditunggu responnya pak..
Terima kasih
Hi Muchamad Chaerul Umam,
DeleteJalan kaki cepat dari stasiun Kawaguchiko dengan menyusuri pinggir danau hingga Music Forest Museum sekitar 30 menit dengan syarat tidak sembari berhenti untuk mengambil foto.
Jika sembari berhenti untuk berfoto atau jalan santai mungkin bisa sekitar 1 jam.
Maaf saya tidak pernah naik retro bus selama berada di sana, sehingga tidak memiliki info tentang hal ini.
Semoga informasi ini membantu.
Terima kasi pak. Fast respon yuhuu :D sangat membantu
ReplyDeleteOh ya Pak, itu gunung fuji mulai ga kelihatan (ketutup awan) ketika sudah jam brp ya?
ReplyDeleteAwan mulai menutupi gunung Fuji antara jam 11 hingga jam 3 sore. Gak sepenuhnya ketutup juga sih, cuma karena Gunung Fuji kan bersalju putih sehingga tampaknya kurang cantik dengan adanya awan2.
Delete