5 bulan setelah kami kembali dari Nepal, gempa dahsyat berkekuatan 7,8 Mw melanda negeri ini dan beberapa wilayah di India Utara, China dan Bangladesh. Saya belum sempat menulis bagaimana pengalaman kami menyeberang dari Tibet menuju Nepal, dan sebuah insiden kecil di mana saya ditodong dengan senjata laras panjang oleh tentara China saat berada di perbatasan antara Tibet dan Nepal. Dalam situasi Nepal sedang berduka dan negaranya porak poranda sehabis tragedi gempa yang menelan korban lebih dari 7.000 jiwa ini, saya sempat berpikir apakah masih pantas saya menulis, menceritakan dan berbagi dengan anda tentang kegembiraan yang kami rasakan selama kami berada di Nepal.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kini tragedi itu sudah 8 bulan berlalu, bagi warga Nepal yang kehilangan anggota keluarga pada saat kejadian mungkin ada yang sampai hari ini masih belum mampu bangkit dari kedukaan yang begitu dalam dan kehilangan yang mungkin seumur hidup tak akan mampu dilupakan, terlebih trauma dan kesepian yang masih terus menghantui anak-anak yang harus menerima kenyataan pahit bahwa hanya dalam sekejab status mereka telah berubah menjadi yatim piatu sepeninggal kedua orangtua mereka. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hal yang sama tentu juga dirasakan oleh anggota keluarga dari para pendaki atau wisatawan berkebangsaan asing yang turut menjadi korban dalam tragedi ini. Namun sebagai orang yang beriman, tentu kita percaya bahwa semua kejadian di dunia ini masuk dalam rancangan Tuhan. Pasti ada hikmah yang bisa diperoleh dari kejadian ini. Kita hanya bisa menatap ke depan dan menyongsong masa depan yang lebih baik, karena yang sudah terjadi, sudah berlalu dan telah menjadi bagian dari sejarah. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sebagian besar situs peninggalan sejarah di Nepal mengalami kerusakan parah bahkan ada beberapa bangunan konon hancur rata dengan tanah pada kejadian gempa ini. Mungkin masih ada beberapa bagian yang bisa dipugarkan, namun saya yakin hal ini tentu bukan pekerjaan yang mudah dan hasilnya belum tentu sempurna. Oleh sebab itu saya terdorong untuk menulis dan berbagi foto dari perjalanan ini, mungkin bagi anda yang belum pernah ke sana sebelumnya menjadi tahu bagaimana wujud bangunan aslinya serta keadaan di sekitarnya. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Turun dari EBC kami bermalam di Zhangmu, sebuah kota kecil yang berbatasan dengan Nepal. Udaranya dingin sekali, dan praktis selesai makan malam kami langsung kembali ke hotel untuk beristirahat karena keesokan paginya kami akan menyeberang ke Nepal melalui jalan darat, lewat border antara Tibet dan Nepal ini. Border ini dihubungkan sebuah jembatan beton di atas sungai Bothe Koshi.
Zhangmu, Tibet, China
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Orang yang menggunakan border ini tidak banyak, selain rombongan kami hanya terlihat para pedagang Nepal yang selesai berbelanja barang dagangan mereka di Zhangmu. Meski demikian border ini tidak bisa dianggap remeh karena penjagaan cukup ketat. Setelah melewati keimigrasian, saya berjalan santai dengan carrier besar di punggung menuju sisi Nepal, melewati jembatan penyeberangan. Karena tertarik dengan keindahan sungai di bawah jembatan, saya berhenti sejenak di pinggir jembatan dan melihat ke bawah. Tiba-tiba sebuah senapang laras panjang sudah ditodongkan di punggung saya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya hanya diberi isyarat untuk terus jalan tanpa menoleh ke belakang.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Teman-teman saya yang berjalan di belakang saya semua sontak kaget dan ketakutan, malahan saya sendiri tidak merasakan apa-apa. Saya diperintahkan untuk jalan terus ya saya terus jalan saja tanpa merasakan shock. Mungkin hal ini dikarenakan kesadaran saya setelah kejadian di EBC sehari sebelumnya belum benar-benar pulih, sehingga reaksi saya kelihatannya seperti sedang menghadapi hal biasa. ( Baca : Tibet Part 3 http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2014/12/tibet-part-3.html ) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tiba di seberang, kami langsung mengurus Visa On Arrival di keimigrasian Nepal. Tidak sulit, hanya dengan membayar USD25/orang kami semua mendapatkan visa kunjungan dalam waktu kurang dari 10 menit. Jika di Zhangmu kendaraannya meski bukan mobil-mobil mewah tetapi terlihat sudah cukup modern dan bagus-bagus, di Kodari di sisi Nepal, begitu kami tiba kendaraan-kendaraan yang terlihat adalah mobil era 70an. Perbedaannya sangat-sangat drastis dan signifikan.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Keluar dari keimigrasian Nepal, kami sudah ditunggu oleh Mr. Binot yang akan mengantar kami menuju Kathmandu. Coba anda tebak mobil apa yang digunakan oleh Binot untuk menjemput kami? Semula saya mengira paling tidak mobilnya seperti mobil Elf yang biasa kita gunakan di Indonesia. Tetapi alangkah kagetnya kami saat melihat mobilnya ternyata adalah sebuah bus umum tua mirip Kopaja tanpa AC, kondisinya tidak lebih baik dari bus umum rongsokan semacam Metromini.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Meski demikian ternyata di Kodari ada sebuah resort yang cukup terkenal, The Last Resort. Kapan lagi kami akan berada di sini kalau bukan sekarang, akhirnya kami pun sepakat untuk mampir terlebih dahulu di resort ini untuk sekedar makan, dan beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan yang sangat indah di kedua sisi sungai Bothe Koshi. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Untuk mencapai The Last Resort kami harus menyeberangi jembatan gantung yang sangat tinggi dan panjang, yang menghubungkan tebing di kedua sisi sungai. Di atas jembatan gantung ini juga, teman saya Jo nekad melakukan aksi yang beresiko tinggi yaitu Bungy Jumping. Dan untuk aksi ini tentu menuntut nyali yang sangat besar dan kesehatan jantung yang prima. Sedangkan Stephanie melakukan Canyon Swing, sebuah aksi yang juga sangat beresiko. Buat saya pribadi, terus terang saya tidak punya nyali dan jantung sekuat itu. Bravo buat Jo dan Steph yang telah berhasil melakukannya.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Meninggalkan The last Resort, kami segera melanjutkan perjalanan kami menuju Kathmandu. Bus ini tanpa AC, namun kami terpaksa menutup kaca jendela karena debu tanah mengepul saat mobil melintasi jalan tanah yang belum diaspal. Jalanannya bukan hanya belum diaspal, tetapi juga rusak parah dan sempit. Hal yang paling menegangkan yaitu ketika bus yang kami tumpangi, berpapasan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Karena posisi kami seperti telur di ujung tanduk, kami berada persis di bibir jurang. Jika ada bagian tanah yang mengalami longsor sedikit saja, bus kami bisa terguling masuk ke dalam jurang.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tiba di Kathmandu langit sudah mulai gelap. Setelah cek in hotel dan beristirahat sejenak, kami berjalan kaki menuju Thamel. Thamel adalah spot turis yang paling terkenal di Kathmandu. Di kawasan ini banyak toko-toko menjajakan souvenir khas Nepal, pakaian dan segala perlengkapan outdoor untuk mendaki dengan harga yang sangat murah. Tentu banyak juga restoran dan café yang mudah ditemukan di tempat ini. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Berikut adalah tempat-tempat yang berhasil kami jelajahi selama 2 hari 2 malam di Kathmandu.
|
Thursday, December 31, 2015
Kathmandu, Nepal
Subscribe to:
Posts (Atom)