Danau ini terlihat sangat indah karena gradasi warna biru muda di bagian yang dangkal dan warna biru tua di bagian yang dalam. Saya mencoba turun dan berenang di danau ini, airnya sangat jernih dan dingin. Sangat cocok untuk menurunkan suhu badan di tengah suhu udara, yang begitu ekstrim panasnya.
sisi luar dari danau adalah laut lepas
|
Tidak bisa dipungkiri bahwa pantai ini memang sangat indah. Pantai ini terdiri dari 3 bagian, dan ketiga-tiganya sangat spektakuler. Tidak heran ini jika tanah di depan pantai ini sudah langsung "dipagari" oleh warga asing yang konon berasal dari Perancis, dan segera akan dibangunkan sebuah resort di situ.
|
Akses umum untuk menuju Pantai Mandorak berupa sebuah jalan kecil di sisi kanan tanah yang sudah dipagari itu. Dengan hanya berjalan kaki sekitar 10 menit menyusuri jalan itu kita sudah bisa melihat pantai indah berpasir putih.
sisi kiri Pantai Mandorak
bagian tengah Pantai Mandorak
pantai pasir di bagian tengah
pantai pasir putih di bagian tengah
tebing-tebing di sisi kanan pantai Mandorak
Pantai Banna |
Pantai ini sangat eksotis. Namun untuk menjangkaunya butuh usaha ekstra keras. Untuk bisa sampai di pantai ini kita harus trekking sekitar 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan menuruni tebing yang tidak memiliki pegangan sama sekali. Terus terang medan seperti ini agak sulit bagi ibu-ibu maupun mereka yang tidak terbiasa dengan kegiatan outdoor. Sehingga turunnya harus dengan posisi duduk dengan tangan sambil memegang tanah, batu ataupun akar pohon di sekitarnya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tetapi begitu kami sampai di bawah, mata saya langsung membelalak. Saya tersihir, tertegun, saya seakan tidak percaya dengan sebuah landscape yang begitu indah disuguhkan langsung di depan mata saya. Benar-benar super, keren dan seketika itu juga kami lupa akan kesulitan yang baru saja dialami saat menuruni tebing tadi.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Saat masih di Sumba, saya mengirimkan foto saya di spot ini kepada teman saya di Jakarta dan saya menambahkan caption " selamat pagi langsung dari Perancis". Ternyata mereka percaya. Mengapa saya menyebut nama Perancis? karena di Perancis ada tebing mirip ini, dengan nama Cliffs of Etretat. Benar-benar dahsyat, alam yang sangat luar biasa indahnya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Untuk ke pantai ini sebaiknya anda menanyakan kepada orang lokal tentang waktu air pasang surut, konon jadwalnya bergeser setiap bulan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Pantai Watu Malando |
Ini satu lagi pantai yang sangat fantastik, super, dahsyat dan keren. Saya langsung jatuh cinta dengannya. Formasi batu yang ada di pantai ini serta gemuruh ombaknya begitu mengagumkan. Benar-benar indah. Sekali lagi tentu kita harus datang di waktu yang tepat, yaitu pada saat air surut.
Menurut driver kami nama pantai ini adalah Pantai Watu Malando, karena dia berasal dari tempat ini, dan sejak dahulu kala masyarakat di sana menyebutnya Watu Malando. Dia protes keras dengan penulisan yang berbeda-beda dan salah, seperti sebutan Pantai Watu Malandong dan Pantai Watu Maladong. Sama halnya dengan Pantai Banna, menurut driver kami, pantai itu oleh orang Kodi dikenal sebagai Pantai Radar bukan Banna.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Watu dalam bahasa lokal berarti batu, dan Watu Malando menunjuk pada batu yang berbentuk segitiga dengan bagian bawah seperti berkaki tiga. Batu ini sangat unik karena jika dilihat dari sisi berbeda memiliki bentuk yang berbeda juga.
Sunset di Bukit Radar |
Bukit Radar letaknya berada di antara Pantai Watu Malando dan Pantai Banna/Radar. Dari bukit ini kita bisa melihat Pantai Banna di sebelah kanan dan Pantai Watu Malando di sebelah kiri meski batu iconic berbentuk segitiga dari Watu Malando tidak terlihat dari bukit ini. |
|
|
|
|
|
|
|
|
Secara garis besar pemandangan dari atas bukit ini sangat menakjubkan, begitu juga ketika matahari mulai tenggelam. Bukit ini cukup luas dan menjorok keluar dari daratan, melewati garis pantai hingga beberapa ratus meter ke arah laut, sehingga bagian tengah di ke dua sisi tebing dari bukit ini terus mengalami abrasi akibat kikisan ombak yang ganas. Lambat laun ke dua sisi tebing ini pasti akan tembus dan membentuk sebuah jembatan batu.
|
Bagi saya tempat ini lebih cocok disebut tanjung meski berukuran kecil, tetapi bukan bukit. Karena ketiga sisinya dikelilingi laut, lagi pula keberadaanya jauh lebih rendah dibandingkan tebing di bagian pangkalnya. Sehingga terkesan aneh jika orang menyebutnya bukit.
|
Waikelo sawah |
Saat meninggalkan Tambolaka menuju Waikabubak di Sumba Barat, kami mampir terlebih dahulu di Waikelo Sawah. Begitu tiba di lokasi, kami semua terkesima saat melihat hamparan sawah yang sangat luas dan hijau di Waikelo.
Di beberapa bagian petani sudah mulai memanen, padahal di hampir semua kawasan lain di Sumba Barat Daya sedang mengalami kekeringan. Mengapa ? Jawabannya adalah bahwa di sini terdapat mata air yang cukup memadai, yang sumbernya berasal dari goa di daerah ini. Oleh pemerintah daerah telah dibangun sebuah irigasi yang canggih untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke seluruh sawah yang ada di Waikelo.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah meninggalkan Waikelo sawah, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Waikabubak. Sumba Barat.
Hotel Sinar Tambolaka |
Jalan Raya
Tambolaka, Weetabula, Sumba Barat Daya. NTT. Indonesia |
|
Phone : (0387) 2524088 | |
Email : marketing@sinartambolaka.com
|
Merzy Homestay | |
Jalan Pasir
Putih Pero Konda, kecamatana Kodi, Sumba Barat Daya. NTT
Indonesia |
Contact
Person: Ibu Mega,
Handphone : +6281337557272, +6281337803613 |
Email : merzyhomestay@gmail.com |
End.
Southwest Sumba & Treasure - Part 1
http://johntravelonearth.blogspot.co.id/2015/10/southwest-sumba-treasure-part-1.html
|
|
|
Foto nya keren2. Pantai di Sumba emang tiada duanya. :D
ReplyDeleteThanks Maria, ya benar Sumba itu masih asri dan keren banget. Saya sedang merencanakan eksplorasi yang ke-2
Delete